KATADATA ? PT Pertamina (Persero) berencana menambah kepemilikan sahamnya di PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Salah satu langkah yang akan diambil untuk penambahan saham ini dengan membeli seluruh saham yang dimiliki Argo Capital BV.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan pembelian 21,98 persen saham TPPI milik Argo Capital ini masih dalam proses. Makanya dia belum bisa menyebutkan berapa besar dana yang harus dikeluarkan Pertamina untuk akuisisi ini.
"Masih proses untuk item legal dan finansial belum selesai," kata dia ketika dihubungi Katadata, Senin (14/9).
Saat ini Pertamina merupakan pemegang saham mayoritas di TPPI, yakni 26,61 persen. Jika transaksi pembelian saham TPPI dari Argo selesai dilakukan, maka kepemilikan Pertamina menjadi 48,59 persen. Selebihnya, dimiliki oleh PT Tuban Petrochemical Industries sebesar 19,16 persen, Vitol BV 8,81 persen, Polytama Propindo 6,77 persen, Tuban Petroxhemicals Pte 5,15 persen, Nippon Catalyst Pte 4,51 persen, UOP 4,02 persen, Sijitz Corp 1,07 persen dan investor lain sekitar satu persen.
Proses akuisisi saham TPPI dari Argo Capital ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Pertamina telah menyepakati penawaran saham saham Argo pada 3 Mei 2013, senilai US$ 108 juta. Sesuai dengan ketentuan, Pertamina harus melakukan pelunasan dalam waktu 30 hari. Namun, Pertamina tidak bisa merealisasikan ketentuan tersebut. Transaksi pun batal saat itu.
Karena keterlambatan dalam menyelesaikan penawaran atas sahamnya, Argo kembali mendekati manajemen Pertamina yang baru, pada akhir tahun lalu. Argo mengajukan permohonan agar harga sahamnya ditingkatkan menjadi US$ 118 juta. Kenaikan harga ini untuk mengompensasi kerugian tambahan akibat tidak aktifnya Pertamina sejak Mei 2013.
Pertamina sempat menerima tawaran Argo untuk kedua kalinya ini. Namun, perdebatan yang sama muncul lagi, yakni permasalahan utang. Di kalangan pemerintah, ada yang menganggap bahwa akuisisi TPPI bisa memberikan bagi ketahanan energi nasional. Pemanfaatan kilang TPPI bisa menghemat impor bahan bakar minyak (BBM) hingga 18 persen. Di sisi lain ada yang menganggap akuisisi TPPI hanya akan menambah beban Pertamina, karena utang perusahaan tersebut sangat besar.
PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) mencatat total utang TPPI pada 2012 mencapai Rp 17,88 triliun, atau US$ 1,8 miliar untuk kurs saat itu. Nilai tersebut merupakan total utang pokok, bunga dan denda yang harus dibayarkan kepada 362 kreditur, yang terdiri dari utang separatis Rp 9,746 triliun dan utang konkuren Rp8,135 triliun.
Utang separatis tercatat kepada 12 kreditur dengan porsi terbesar adalah Pertamina sebesar Rp4,135 triliun, lalu JGC Corporation Rp2 triliun, SKK Migas Rp1,348 triliun, United Overseas Bank Ltd Rp932 miliar, Polytama International Finance BV Rp372 miliar, dan sisanya milik tujuh kreditur lainnya. Untuk utang konkuren tercatat kepada 350 kreditur dengan porsi terbesar Pertamina Rp2,444 triliun, disusul Argo Capital BV Rp1,61 triliun, Polytama International BV Rp773 miliar, dan Argo Fund Ltd Rp688 miliar.
Sementara, aset nonkas TPPI per 30 September 2012 hanya berjumlah US$ 899 juta. Nilai aset ini tidak akan bisa menutupi liabilitasnya sebesar 1,8 miliar dolar. Hitungan ini dianggap hanya akan menjadi beban jika Pertamina menambah sahamnya di TPPI.
Menurut Wianda, untuk permasalahan utang ini TPPI sudah mendapat keputusan untuk melakukan restrukturisasi. "Keputusan ini sudah ada sebelumnya. Maka langkah selanjutnya adalah mekanisme untuk pelaksanaan restrukturisasi utang ini" ujar dia.