"Apapun harus diketahui secara tuntas apa yang terjadi di Petral. Ini diperlukan sebagai pelajaran bagi siapapun ke depan," ujar dia. 

(Baca: Empat Celah Mafia Migas)

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said tidak mau ikut campur mengenai pembubaran Petral. Dia juga menyerahkan sepenuhnya siapa yang akan menggantikan peran Petral kepada PT. Pertamina (Persero).

Bagi Sudirman yang paling penting dari itu adalah adanya efisiensi terhadap pengadaan BBM impor. "Konsen kita di regulator adalah bagaiman ketersediaan bahan bakar itu diperoleh dengan cara yang fair, dengan cara yg efisien. Itu bisa diperoleh lewat petral atau tidak itu diserahkan pertamina," ujar dia.

Sebelumnya, Tim Reformasi menemukan 14 hal mencurigakan yang dilakukan Petral. Beberapa temuan tersebut antara lain adanya NOC (national oil company) yang tidak memiliki ladang minyak, tapi bisa menang dalam tender pengadaan minyak.

Selain itu, ada beberapa perusahaan minyak di Singapura, yang tidak melakukan penawaran langsung ke Petral. Alasannya, spesifikasi produk (minyak mentah dan BBM) yang ditenderkan tidak lazim dalam usaha perminyakan, proses berbelit-belit, dan harus menghadapi pihak ketiga yang bertindak sebagai agen. Meski demikian, perusahaan mengakui dengan terbuka mengapalkan minyak secara teratur ke Indonesia melalui pedagang (trader).

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait