Pertamina menyatakan butuh tambahan tangki penyimpanan atau storage minyak. Pasalnya, perusahaan pelat merah itu terus menambah impor minyak.
Padahal, konsumsi bahan bakar minyak atau BBM tengah anjlok karena pandemi corona. Dampaknya, pasokan BBM Pertamina terus meningkat.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan perusahaan memprioritaskan tangki penyimpanan sendiri untuk menampung impor minyak. Namun, pihaknya ternyata tetap membutuhkan tambahan storage.
"Untuk storage kemungkinan perlu tambahan di atas 150 ribu kiloliter," ujar Fajriyak ke Katadata.co.id pada Senin (20/4).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan perusahaan telah berusaha mencari tambahan tangki. Salah satunya menggunakan tangki penyimpanan milik konsumen dengan memberikan diskon dan kredit.
Pertamina juga telah mengantongi izin untuk menggunakan tangki penyimpanan milik kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). "Dengan begitu bisa menambah impor minyak," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI pada Selasa (21/4).
(Baca: Harga Minyak Anjlok, Pertamina akan Pangkas Investasi Sektor Hulu 30%)
Dari data Pertamina, perusahaan itu akan menambah pengadaan minyak mentah sebesar 10 juta barel. Selain itu, impor gasoline (RON 92) ditambah 9,3 juta barel dan elpiji sebesar 220 ribu metrik ton.
Sedangkan stok BBM perusahaan yang biasanya berkisar 18-21 hari telah meningkat tajam. Stok premium saat ini sudah mencapai 35 hari.
Stok pertamax telah mencapai 41 hari dan stok avtur hingga 91 hari. Pasokan solar juga naik hingga 33 hari, pertamina dex 77 hari, dan elpiji 16 hari.
Dengan kondisi tersebut, Pertamina menurunkan operasi kilang. Selama Covid-19, produksi bulanan kilang perusahaan turun dari 4.764 ribu KL menjadi 2.725 ribu KL.
Secara detail, produksi premium secara bulanan selama Covid-19 turun dari 687 ribu KL menjadi 532 ribu KL. Produksi Pertamax dari 658 ribu KL turun menjadi 477 ribu KL.
Produksi solar secara bulanan turun dari 1,72 juta KL menjadi 975 ribu KL. Untuk produksi Avtur turun mejadi 165 ribu KL dari sebelumnya 489 ribu KL. Sedangkan produksi pertalite naik dari 1.000 KL menjadi 14.000 KL.
(Baca: Harga Minyak Dunia Anjlok, Pemerintah Masih Kaji Penurunan Harga BBM)