Meski Pandemi Corona, SKK Migas Mampu Percepat Tiga Proyek Migas

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi, logo Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). SKK Migas berhasil mempercepat tiga proyek migas meski ada pandemi corona.
3/6/2020, 18.07 WIB

Pandemi corona membuat kegiatan hulu migas terganggu. Meski begitu, ada sejumlah proyek yang bisa dilaksanakan lebih cepat dari jadwal.

Dalam rapat manajemen Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas, pada Rabu (3/6), disebutkan tiga proyek bisa dipercepat pada tahun ini. Salah satunya proyek pembangunan proyek Bambu Besar yag dilaksanakan oleh Pertamina EP.

Kemudian, ada proyek Reaktivasi Platform PHE-12 oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) WMO, dan pembangunan fasilitas kompresor gas Sembakung oleh Pertamina EP. Pelaksanaan proyek-proyek tersebut seharusnya diselesaikan pada 2021, tetapi bisa diselesaikan pada tahun ini.

“Keberhasilan mempercepat realisasi proyek hulu migas di tengah pembatasan mobilitas akibat Covid-19 menunjukkan tekad dan semangat insan hulu migas melaksanakanWork, Program & Budget 2020 secara optimal dan efisien," kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno dalam siaran pers pada Rabu (3/6).

(Baca: SKK Migas Sebut Proyek Masela Bisa Mundur Setahun Imbas Pandemi Corona)

(Baca: Imbas Corona, Pengeboran Sumur Blok Andaman III Mundur hingga 2021)

Berdasarkan catatan SKK Migas, proyek Bambu Besar akan menghasilkan gas (non-asso) sebesar 3 MMscfd. Proyek tersebut masih dalam proses EPC dan akan produksi pada kuartal ketiga 2020.

Sedangkan reaktivasi Platform-12 merupakan kegiatan untuk memperbaiki platform yang sempat miring pada 2017. Proyek tersebut bakal menghasilkan produksi minyak sebesar 3.000 BOPD pada akhir tahun ini.

Berikutnya, proyek kompresor Sembakung yang ditargetkan selesai pada akhir 2020. Proyek tersebut bakal menghasilkan gas sebesar 2 MMscfd.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyambut gembira hasil percepatan proyek-proyek tersebut. Dia mengatakan SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus berkoordinasi secara intensif untuk memastikan proyek hulu migas dapat berjalan dengan baik sesuai jadwal.

"Di tengah pandemi Covid-19, SKK Migas mampu mempercepat pelaksanaan penyelesaian proyek. Hal itu menunjukkan peran SKK Migas yang semakin efektif dan mampu menjalankan fungsi dengan baik yang merupakan bagian dari proses keberhasilan transformasi SKK Migas," ujar Dwi.

Lebih lanjut, Dwi berharap, upaya percepatan proyek migas tersebut bisa mendorong pencapaian produksi dan lifting migas. Dengan begitu, ada dampak ekonomi  bagi negara dan masyarakat sekitar proyek.

“Tentu saja dampak berganda dengan tetap berlangsungnya proyek hulu migas yaitu mampu menggerakan perekonomian daerah, dan menciptakan lapangan kerja khusunya masyarakat sekitar proyek. Hal itu sejalan dengan fokus Pemerintah untuk dapat mendorong ekonomi bergerak di tengah pandemi Covid-19”, kata Dwi.

(Baca: Eksplorasi Migas Minim, Indonesia Terancam Defisit Gas 2023)

Lebih lanjut, dia menambahkan, pandemi corona dan rendahnya harga minyak dunia menjadi ujian nyata dalam mencapai produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) pada 2030. Oleh karena itu, SKK Migas berupaya menjaga proyek berjalan sesuai jadwal untuk mencapai target tersebut.

Adapun pada tahun ini, SKK Migas menargetkan 11 proyek hulu migas mulai berproduksi dengan total nilai investasi mencapai US$ 164 juta. Proyek tersebut dijadwalkan beroperasi pada kuartal I hingga kuartal III tahun ini.

Kuartal I

1. Proyek Bukit Tua Pashe-3 yang dikerjakan oleh Petronas Carigali Ketapang III Ltd. dengan estimasi produksi 31,5 MMscfd mulai Januari 2020.  Awalnya proyek Bukit Tua Pashe-3 masuk dalam daftar proyek onstream 2019. Namun, ada beberapa kendala yang menyebabkan proyek mundur ke tahun ini.

2. Proyek Grati Pressure Lowering yang dikerjakan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. dengan estimasi produksi 30 MMscfd. Proyek tersebut dijadwalkan onstream pada Maret 2020.

3. Proyek Buntal-5 dikerjakan Medco Energi dan dijadwalkan berproduksi pada Maret 2020. Sama dengan Bukit Tua Pashe-3, awalnya proyek ini masuk dalam daftar proyek onstream tahun lalu,  namun terpaksa mundur karena rig untuk pengeboran proyek tidak kunjung datang.

4. Proyek Sembakung Power Plant yang dikerjakan oleh Pertamina EP yang dijadwalkan beroperasi pada Februari 2020.

Kuartal II

5. Proyek Randu Gunting yang dikerjakan oleh PHE Randu Gunting dengan kapasitas fasilitas produksi 5 MMscfd dan estimasi produksi 3 MMscfd. Proyek tersebut dijadwalkan berproduksi pada Mei 2020.

6. Proyek Kompresor Betung yang dikerjakan oleh Pertamina EP dengan estimasi produksi mencapai 15 MMscfd. Proyek tersebut ditargetkan onstream pada Juni 2020.

7. Proyek Malaca Strait Phase-1 (EPF) yang dikerjakan oleh EMP Malaca Strait dengan estimasi produksi 3000 BOPD. Proyek itu dijadwalkan berproduksi pada Juni 2020.

8. Proyek Meliwis oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty.Ltd. dengan kapasitas fasilitas produksi 20 MMscfd. Proyek tersebut rencananya berproduksi pada Juni 2020, namun mundur ke Juli 2020 karena pandemi corona.

Kuartal III

9. Proyek Cantik oleh PT Sele Raya Belida II dengan estimasi produksi sekitar 2,5 MMscfd. Proyek tersebut dijadwalkan berproduksi pada Juli 2020.

10. Proyek Kompresor LP-MP SKG-19 oleh Pertamina EP dengan estimasi produksi sekitar 150 MMscfd. Proyek tersebut direncanakan onstream pada Juli 2020.

11. Proyek Peciko 8A oleh Pertamina Hulu Mahakam dengan estimasi produksi sekitar 8 MMscfd. SKK Migas menargetkan proyek tersebut berproduksi pada Agustus 2020.

(Baca: Antisipasi Defisit, SKK Migas Andalkan 3 Proyek Gas)