Selain Solar D-100, Pertamina Uji Produksi Bensin dan Avtur dari CPO

Pertamina
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kiri) bersama Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (tengah) dalam peluncuran produk D-100 yang merupakan BBM ramah lingkungan dari 100% kelapa sawit.
16/7/2020, 20.01 WIB

Pertamina berhasil memproduksi Green Diesel atau D-100 melalui pengolahan minyak kelapa sawit 100%. BUMN itu pun siap meluncurkan beragam produk bahan bakar minyak atau BBM ramah lingkungan lainnya, seperti Green Gasoline dan Green Avtur.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan perusahaan terus berupaya menghadirkan inovasi untuk mencapai ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi. Langkah itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya BBN dengan mendayagunakan sumber daya alam domestik.

“Pertamina menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan semua pihak agar Pertamina terus mengembangkan Green Energy seperti B30 dan B50 serta D100. Pertamina telah menyelesaikan penyiapan kilang dan katalis merah putih, yang akan dilanjutkan dengan kajian keekonomian,” ujar Nicke seperti dikutip dari siaran pers pada Kamis (16/7).

Wakil Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Budi Santoso Syarif, mengatakan bahwa Pertamina sudah uji coba Green Gasoline di Kilang Plaju dan Cilacap sejak 2018 hingga 2020. Namun, uji coba tersebut hanya mampu mengolah minyak sawit RBDPO sebesar 20%.

"Sedangkan uji coba mengolah minyak sawit menjadi Green Avtur akan dilaksanakan pada akhir 2020 di Kilang Cilacap,” ujar Budi.

Pertamina rencananya membangun Standalone Biorefinery di Cilacap dengan kapasitas 6.000 barel per hari. Selain itu, ada Standalone Biorefinery di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari. Kedua Standalone Biorefinery itu bakal memproduksi Green Diesel dan Green Avtur dengan berbahan baku 100% minyak nabati.

(Baca: Pertamina Siap Produksi Pertama Kali BBM dari 100% Kelapa Sawit)

Budi menambahkan, Pertamina ke depannya tidak hanya mengembangkan Green Energy dari CPO atau minyak kelapa sawit, tetapi juga dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya. Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik, untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional.

Pertamina memang berusaha mengoptimalkan sumber daya yang ada di Indonesia dengan mengoptimalkan pasar dalam negeri yang cukup besar. Apalagi, mengolah kelapa sawit menjadi bahan bakar memiliki TKDN (Total Kandungan Dalam Negeri) yang amat sangat tinggi dan berpotensi mengurangi defisit transaksi negara.

Selain itu, kelapa sawit merupakan bahan baku domestik yang transaksinya menggunakan mata uang rupiah. Dengan begitu, proses CPO menjadi Green Diesel bakal berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Sebagaimana diketahui, Pertamina telah menggunakan FAME untuk program biodiesel sejak 2006 hingga 2017. Selama 11 tahun, perusahaan menyerap FAME hingga 9,2 juta kilo liter.

Pertamina menjalankan Program B20 pada 2018 dengan penyerapan FAME sebesar 3,2 juta KL yang pencampurannya dilaksanakan di 69 lokasi. Kemudian, Pertamina memulai program B30 pada 2019 dengan penyerapan FAME sebesar 5,5 juta KL dan pada tahun ini ditargetkan menjadi 8,38 juta KL.

Implementasi program B20 dan B30 pada 2019 telah menghemat devisa negara sebesar Rp 43,8 triliun. Sedangkan pada tahun ini ditargetkan mampu menghemat devisa hingga Rp 63,4 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang.

Budi mengatakan saat ini terdapat peralihan penggunaan bahan bakar dari fosil ke energi terbarukan. Pola pemenuhan energi nasional pun mengalami perubahan dari suplai luar negeri menjadi suplai domestik.

"Untuk itu kita harus terus berupaya memaksimalkan pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya lokal yang kita miliki,” kata dia.

Reporter: Febrina Ratna Iskana