Produksi migas pada semester I 2020 mulai merangkak naik. Namun, pandemi corona dan turunnya harga komoditas mengakibatkan lifting migas masih di bawah target APBN 2020.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas mencatat produksi minyak pada paruh pertama tahun ini mencapai 720,2 ribu barel per hari (bopd), atau 101,8 persen dari target work plan & budget (WP&B) tahun ini sebesar 707,2 ribu bopd.
Sedangkan produksi gas sepanjang semester I 2020 mencapai 6.830 mmscfd, atau sebesar 94,7 persen dari target WP&B 2020 sebesar 7.209 mmscfd. Dengan begitu, produksi migas paruh pertama tahun ini mencapai 1,94 juta boepd atau 98,3 persen dari target WP&B 2020 sebesar 1,995 juta boepd.
"Alhamdullilah, produksi dan lifting cukup bagus di tengah pandemi corona dan anjlok harga minyak. Kami bisa minimalkan decline," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers virtual, Jumat (17/7).
(Baca: Upaya SKK Migas Genjot Produksi Enam Blok Terminasi Tahun Ini)
Sedangkan lifting minyak pada paruh pertama 2020 sebesar 713,3 ribu bopd. Jumlah tersebut mencapai 101,1 persen dari target WP&B 2020 sebesar 705,7 ribu bopd. Namun, capaian tersebut hanya sebesar 94,5 persen dari target APBN 2020 sebesar 755 ribu bopd.
Dwi menjelaskan lifting minyak tak sebesar produksi karena banyak pasokan yang disimpan sebagai stok. Hal itu karena harga minyak yang rendah.
"Dengan posisi harga rendah, kami optimalkan stok dulu sampai harga baik," ujar Dwi.
Untuk pencapaian lifting gas pada semester I 2020 sebesar 5.605 mmscfd, atau sebesar 97,6 persen dari target WP&B tahun ini 5.745 mmscfd. Jumlah tersebut pun hanya 84 persen dari target APBN 2020 sebesar 6.670 mmscfd.
Menurut Dwi, lifting gas masih tertekan penurunan harga, pandemi corona, dan penyerapan yang tak sesuai kontrak. Berdasarkan catatan SKK Migas, serapan migas pada semester pertama 2020 hanya 5848 BBTUD, lebih rendah dari serapan periode yang sama tahun lalu sebesar 6138 bbtud.
Hal itu dipengaruhi oleh penyerapan LNG domestik, kelistrikan dan industri yang turun. Sedangkan ekspor LNG masih stabil. "Penurunan paling besar dari kelistrikan, diikuti industri, pupuk, dan LNG domestik yang mostly perginya ke kelistrikan juga," ujar Dwi.
Dengan begitu, realisasi lifting migas pada semester I 2020 sebesar 1,714 juta boepd, mencapai 99,3 persen dari target WP&B 2020 sebesar 1,732 juta boepd. Namun, realisasi tersebut hanya 89,3% dari target APBN tahun ini sebesar 1,946 juta boepd.