Pelaporan Belum Terintegrasi Jadi Dalih Naiknya Angka Kematian Corona

ANTARA FOTO/FB Anggoro/hp.
Sejumlah tenaga kesehatan dan penggali kubur mengenakan alat pelindung diri saat proses pemakaman jenazah dengan protokol kesehatan COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tengku Mahmud Palas, Kota Pekanbaru, Riau.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
24/7/2020, 14.11 WIB

Kasus kematian akibat virus corona atau Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan. Bahkan, kasus kematian akibat virus ini mencapai rekor baru pada Rabu (22/7), yakni bertambah 139 orang dalam sehari.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa peningkatan kasus kematian akibat corona tersebut memang dapat terjadi karena pasien yang meninggal dunia dalam kondisi sakit yang berat.

“Akhirnya menimbulkan dampak sehingga meninggal dunia,” kata Wiku dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (24/7).

Hanya saja, peningkatan kasus kematian tersebut dapat pula terjadi akibat sistem pelaporan yang belum terintegrasi secara optimal di Indonesia. Alhasil, sejumlah laporan kasus kematian dari beberapa daerah belum bisa dicatat dan disampaikan secara langsung kepada publik.

Menurut Wiku, belum terintegrasinya sistem pelaporan tersebut karena ada kendala dalam proses bisnis pengumpulan data dari berbagai daerah di Indonesia. Ada pula kendala proses verifikasi data dari Kementerian Kesehatan yang membutuhkan waktu lebih lama.

“Karena kami harus mampu untuk membuat sistem pendekatan data terintegrasi yang bisa diterima oleh berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan,” kata Wiku.

Atas dasar itu, Wiku memastikan pemerintah bakal memperbaiki masalah sistem pelaporan data tersebut. Dengan demikian, masyarakat bisa mendapatkan akses data dengan lebih transparan dan cepat.

Di samping itu, dia meminta publik tak melihat kondisi kasus kematian secara harian. Kasus kematian, lanjutnya, harus dilihat per tiga hari, sepekan, atau dua pekan. “Ini untuk bisa melihat tren lebih baik mengingat ada keterbatasan-keterbatasan tersebut,” kata Wiku.

Reporter: Dimas Jarot Bayu