Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan seruan yang berisi pembatasan jam operasional tempat usaha, seperti mal, bioskop hingga tempat makan. Hal itu untuk mencegah penularan Covid-19 jelang libur Natal dan Tahun Baru.
Namun, kebijakan tersebut memberikan dampak signifikan terhadap industri bioskop. Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin menyebut kebijakan itu membuat kapasitas pengunjung tidak optimal. Padahal, jumlah pengunjung bioskop belum optimal sejak kembali beroperasi.
“Kalau kapasitas dibatasi, tentu pertumbuhan bioskop akan memburuk. Meskipun bioskop mulai beroperasi pada Juni, namun posisinya masih buka-tutup. Kami lelah menghadapi hal semacam ini,” kata Djonny saat dihubungi Katadata.co.id Jum’at, (18/12).
Menurut dia, pendapatan bioskop terus menurun sejak awal pandemi. Padahal sebelum pandemi Covid-19, pendapatan bioskop bisa mencapai Rp 18 juta hingga Rp 20 juta per bulan.
Dia pun berharap bisnis bioskop bisa kembali pulih pada tahun depan sejalan dengan adanya vaksin Covid-19. Selain itu, dia berharap pembuat film meningkatkan produksi film.
“Mudah-mudahan banyak film bagus, sehingga bisa mendorong pertumbuhan bioskop. Sejalan dengan itu, jika implementasi vaksin berjalan baik, saya yakin dalam waktu lima bulan bioskop dapat kembali pulih,” ujarnya.
Adapun Cinema XXI mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup positif sejak uji coba pembukaan bioskop. Oleh karena itu, perusahaan berharap pembatasan operasional tidak menjadi kendala.
“Perekonomian diharapkan kembali stabil, sehingga Cinema XXI dapat menjalankan perannya sebagai bagian dari ekosistem film di Indonesia, serta memberi kontribusi positif bagi perekonomian,” kata Head of Corporate Communication & Brand Management XXI, Dewinta Hutagaol.
Lebih lanjut, Dewinta mengatakan pihaknya menawarkan sewa studio untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sewa studia itu bisa digunakan untuk seminar dan presentasi.
Untuk meningkatkan kepercayaan sekaligus kenyamanan pengunjung, Cinema XXI berkomitmen untuk mengimplementasikan protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah. Di sisi lain, dia mengimbau agar seluruh pengunjung mengikuti protokol kesehatan.
“Perlu ditegaskan, masyarakat perlu mengikuti protokol kesehatan sesuai dengan arahan pemerintah,” ujarnya.
Sebelumnya, riset global Entertainment & Media Outlook menunjukkan bahwa industri bioskop, konser, dan pagelaran pameran di seluruh dunia terdampak penerapan lockdown dan social distancing.
Oleh karena itu, penayangan film maupun pertunjukan secara daring lebih populer pada tahun ini.
Pendapatan industri hiburan secara global turun lebih dari US$ 120 miliar pada tahun ini. Padahal, industri hiburan bisa tumbuh 4,7% pada tahun lalu.
Mereka pun memproyeksi persentase tersebut sulit untuk membaik. Bisnis bioskop pun diperkirakan bisa kembali tumbuh pada 2022.
Meski begitu, video berbasis Over The Top (OTT) pada tahun 2022 diperkirakan terus berkembang pesat. Pendapatan Subscription Video On Demand (SVOD) pun diperkirakan melonjakan pada lima tahun mendatang. Artinya, pencapaian itu akan melebihi dua kali lipat ukuran box office pada tahun 2024 mendatang.
Dengan kondisi tersebut, mereka memproyeksi terjadi ketimpangan pada media dan hiburan. Sehingga bisnis bioskop, konser dan pameran diprediksi terus tertekan.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan