Bagaimana Masyarakat Mencegah Covid-19 di Lingkungan Terdekat?

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 diberangkatkan menggunakan mobil ambulan untuk dirujuk ke sejumlah lokasi penanganan Covid-19 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu, (12/6/2021).
17/6/2021, 11.05 WIB

Pasca-libur Lebaran, kasus baru Covid-19 di berbagai daerah bermunculan. Penyebaran virus corona yang sangat signifikan tercatat di Pulau Jawa. Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, lonjakan paling tinggi terjadi di DKI Jakarta. Untuk itu perlu peran masyarakat secara bersama mengatasinya.

"DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kenaikan kasus yang paling signifikan di mana dalam 10 hari saja kasusnya meningkat lebih dari 300 persen," ujar Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (11/6/2021).

Lonjakan kasus Covid-19 juga membuat pemerintah memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (​PPKM) skala mikro. Dalam hal ini, kembali diingatkan pentingnya peran masyarakat dalam lingkungan terkecil yakni rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) untuk menekan penyebaran virus corona. 

Beberapa langkah kolaborasi antara pemerintah daerah dan RT/RW sudah dilakukan. Seperti program Jogo Tonggo di Jawa Tengah dan Kampung Tangguh Jaya Siaga Corona (KTJ-Sigacor) di Kota Tangerang.

Jogo Tonggo merupakan program yang mengimbau masyarakat untuk saling jaga tetangga dengan membentuk satuan tugas di tingkat RW. Sedangkan KTJ-Sigacor adalah program di tingkat kelurahan dengan melibatkan RW untuk pemantauan warga. Selain itu, Kota Tangerang juga memiliki Lumbung Warga untuk pemenuhan kebutuhan pokok warga di masing-masing kelurahan.

Kementerian Kesehatan telah menerbitkan langkah-langkah pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Covid-19. Langkah ini dapat dilakukan di seluruh daerah di Indonesia. Pertama, pendataan kesehatan warga di tingkat RT/RW dan desa atau kelurahan. Kegiatannya adalah mendata mobilitas masyarakat setempat dan warga yang berisiko tinggi, termasuk mendata para pendatang. 

Kedua, ketika ada warga yang terinfeksi virus, ketua RT, ketua RW hingga lurah atau kepala desa perlu mencari kemungkinan faktor penyebab dan potensi penularan Covid-19 di wilayahnya. Ketiga, masyarakat perlu berembug melakukan musyawarah hingga tingkat desa. Pertemuannya dapat dilakukan secara daring atau terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan.

Setelah musyawarah, pemimpin wilayah setempat perlu memberikan sosialisasi hasil pendataan dan kemungkinan faktor penyebab penularan sekaligus memberikan pemahaman program pemerintah dalam pencegahan Covid-19. Keempat, masyarakat perlu menyusun rencana kegiatan berupa informasi penyebab, penularan, dan pencegahan Covid-19. 

Edukasi dasar akan kesehatan dan kebersihan untuk pencegahan Covid-19 seperti etika batuk, cara cuci tangan pakai sabun, dan menggunakan masker yang benar juga perlu dilakukan. Setelah itu, seluruh elemen masyarakat dapat menjalankan kegiatan-kegiatan yang sudah dicanangkan bersama. 

Tak lupa, masyarakat perlu saling mengingatkan untuk mengedepankan saling membantu dan menghindari stigma, khususnya kepada masyarakat yang terpapar Covid-19 atau para penyintas.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan