Meski Dibuka Melemah, Rupiah Berpotensi Menguat Imbas Data Ekonomi AS

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menunjukkan angka pada kalkulator di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Jakarta, Rabu (22/7/2020). Nilai tukar Rupiah pada Jumat (23/7) dibuka melemah ke Rp 14.500 per dolar AS.
23/7/2021, 09.53 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,12% ke level Rp 14.500 per dolar AS pada perdagangan pasar spot hari ini. Kendati demikian, rupiah masih berpeluang menguat didorong oleh meningkatnya keyakinan pasar terhadap aset berisiko setelah rilis data pengangguran AS yang meningkat signifikan.

Mengutip Bloomberg, mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah 0,11%, peso Filipina 0,21%, yuan Tiongkok 0,03%, ringgit Malaysia 0,07%, bath Thailand 0,12%. Sementara dolar Singapura menguat 0,02%, diikuti dolar Taiwan 0,04%, won Korea Selatan 0,04% serta rupee India 0,20%, sedangkan dolar Hongkong terpantau stagnan.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memprediksi rupiah berpotensi menguat pada kisaran Rp 14.450- Rp 14.520 per dolar AS. Sentimen penguatan terutama didorong angka pengangguran AS kemarin yang hasilnya tidak memuaskan.

"Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang dirilis semalam yang hasilnya lebih buruk dari ekspektasi pasar, ini bisa menjadi katalis pelemahan dolar AS." ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat, (23/7).

Departemen Ketenagakerjaan melaporkan adanya kenaikan signifikan pada jumlah pengajuan klaim baru untuk asuransi pengangguran pada minggu kedua Juli yang berakhir pada (17/7). Tercatat ada 419.000 klaim penggangguran baru minggu lalu, naik 51.000 dari minggu sebelumnya 368.000 klaim.

Negara bagian yang mencatatkan peningkatan klaim terbanyak sebagian besar daerah yang menghadapi lonjakan kasus Covid-19 seperti Texas, Kentucky, Michigan dan Missouri.

"Meningkatnya klaim pengangguran minggu ini memberitahu kita bahwa masalah pasar tenaga kerja tidak sepenuhnya di belakang kita dan varian Delta belum mengacaukan pemulihan ekonomi dari resesi terpendek dalam sejarah Amerika," kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBOND seprti dikutip dari Reuters.

Meski begitu, klaim untuk asuransi lanjutan menunjukkan perbaikan. Klaim yang diajukan seminggu terakhir turun 29.000 menjadi 3,24 juta, terendah sejak minggu kedua Maret 2020 yang sempat menyentuh 3,1 juta klaim.

Di sisi lain, Ariston juga mengatakan rupiah masih berpeluang terdepresiasi seiring meningkatnya laju penyebaran Covid-19 varian Delta. Adanya pesimisme bank sentral terhadap kinerja ekonomi tahun ini juga jadi catatn khusus bagi pasar.

"Penurunan Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh BI kemarin juga bisa menjadi penahan penguatan rupiah." kata dia.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memangkas prediksi pertumbuhan Indonesia tahun ini dari semula diproyeksikan mampu tumbuh 4,1%-5,1% turun menjadi 3,5%-4,3%. Sebaliknya, BI optimistis pertumbuhan global akan membaik dan naik dari prediksi semula 5,7% menjadi 5,8%.

"Pada kuartal-III pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan lebih rendah di tengah kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi penyebaran Covid-19 varian Delta." kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis, (22/7).

Pada saat yang sama, BI juga memutuskan masih mempertahankan tingkat suku bunga pada level 3,5%. Suku bunga saat ini jadi yang terendah sepanjang sejarah setelah penurunan yang terakhir pada Februari 2021 dari posisi 3,75%. Sementara itu, dibandingkan dengan Juni 2020, suku bunga telah turun 75 basis poin (bps) atau 0,75% dari posisi 4,25%.

Reporter: Abdul Azis Said