Cek Fakta: Apakah Vaksin Picu Lonjakan Kematian Pasien Covid-19?

AstraZeneca
Ilustrasi vaksin Covid-19.
Penulis: Sorta Tobing
28/7/2021, 09.58 WIB
 

Pesan berantai yang mempertanyakan khasiat vaksin Covid-19 beredar kembali. Kali ini penyebar pesan juga menautkan pernyataan dari mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

Berikut isi pesan tersebut:

Tarik napas, berpikir dgn tenang...

Allah memberi manusia akal & otak yg sempurna untuk digunakan sebaik mungkin... Bagi orang tua yg mempunyai anak, mungkin tidak aneh saat orang tua membawa bayi/balita ke dokter untuk melakukan bbrapa vaksin, dgn tujuan agar anak&³2; kita terhindar dari beberapa penyakit (Alhamdulillah bayi/anak yg di vaksin nyaris tidak terdengar terkena penyakit tsb), misalnya,

Vaksin Hepatitis B: untuk mencegah penyakit hepatitis B.

Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus): vaksin kombinasi yg bisa mencegah ketiga penyakit mematikan.

Vaksin BCG: untuk mencegah serangan penyakit tuberkulosis (TB).

Vaksin Polio: untuk mencegah penyakit polio yg sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Dan vaksin lain lainnya...

Kini muncul fenomena kepanikan luar biasa akibat virus Kopit yg membuat jutaan manusia rela berebut untuk di Vaksin Covid, entah karena panik, entah karena ikut&³2;an, entah over paranoid, dsb.

Padahal untuk 1 vaksin ini banyak terjadi kematian setelah di vaksin, banyak yg sakit setelah di vaksin, dan anehnya yg tertular virus covidpun sangat banyak, padahal telah di vaksin covid.

Dan jahatnya tim Satgas, untuk kasus&³2; kematian setelah di vaksin, tidak ada 1 pun yg diakui kematian tsb krna vaksin, tapi yg disalahkan penyakit komorbid yg di derita oleh yg meninggal.

Pertanyaannya: APA FUNGSI VAKSIN TERSEBUT? jika banyak yg wafat, banyak yg sakit & banyak yg tertular virus covid.

Siti Fadilah: Sudah Vaksin 2 Kali, Malah Kena Covid dan Meninggal, Harus Diteliti

https://kabarbesuki.pikiran-rakyat.com/berita/pr-192171534/sudah-vaksin-dua-kali-malah-kena-covid-19-dan-meninggal-eks-menkes-siti-fadilah-harus-diteliti

Vaksinisasi Berjalan, Kematian Covid Kok Bertambah

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210701173505-20-661980/eks-menkes-vaksinasi-berjalan-kematian-covid-kok-bertambah

Banyak kasus masyarakat yang sudah di vaksinasi justru angka kematian pun melonjak.

Mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jp angkat suara dan bertanya-tanya kenapa hal itu bisa terjadi ?

"Usul saya coba cari secara ilmiah data-data sebelum divaksin dan sesudah vaksin berjalan. Apakah kira-kira angka kesakitan naik atau angka kematian naik? Atau keduanya? Disini akan kita lihat," ungkap Mantan Menkes Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jp

Mengingat saat ini jumlah orang yang positif Covid-19 terus naik begitupun dengan angka kematian akibat virus Corona.

"Jumlah yang positif naik yang meninggal pun naik, hal ini harus diteliti kembali," lanjutnya.

Infografik_Hoaks vaksin covid-19 tak efektif tanpa efek samping (Katadata)

Penelusuran Fakta

Pertanyaan utama dalam pesan berantai itu adalah apa manfaat vaksin virus corona. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pada awal Juni lalu mengatakan, fungsi vaksin untuk menangkal penularan dan mencegah orang menjadi sangat sakit ketika tertular virus corona. 

Keberadaan vaksin menjadi penting karena hingga kini pengobatan Covid-19 masih dalam tahap pengembangan. Tenaga medis hanya menangani pasien sesuai gejala. 

“Upaya terbaik menghindari penularan virus corona adalah dengan disiplin protokol kesehatan dan melakukan kegiatan vaksinasi apabila dimungkinkan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan pers pada 1 Juni 2021.

Situs Badan Organisasi Dunia atau WHO pun mengatakan vaksin Covid-19 terbukti aman dan efektif. Namun, seperti semua vaksin, kehadirannya dalam tubuh manusia tidak bisa sepenuhnya melindungi dari virus corona.

Semua vaksin virus corona yang disetujui WHO telah melalui uji klinis untuk menguji kualitas, kemanan, dan kemanjurannya. Agar mendapat persetujuan, vaksin tersebut harus memiliki tingkat kemanjuran minimal 50%. Pemantauan pun terus dilakukan setelah itu untuk melihat keamanan dan efektivitasnya. 

Vaksin, tulis WHO, menawarkan perlindungan yang kuat tapi membutuhkan waktu. Setiap penerima harus mengambil seluruh dosis vaksin yang diperlukan untuk membangun kekebalan penuh. 

Pada dosis pertama, perlindungannya parsial. Dosis kedua untuk meningkatkan perlindungan. Butuh waktu beberapa minggu sebelum vaksin memberikan proteksi maksimum setelah dosis kedua. 

Namun, vaksin tidak memberikan perlindungan penuh alias 100%. Setelah mendapat suntikan dan menunggu beberapa minggu setelah kekebalan terbentuk, masih ada kemungkinan penerima vaksin terinfeksi. Jadi, kasus orang terinfeksi virus corona meskipun telah mendapatkan vaksin penuh tetap akan terjadi. 

Lalu, apa fungsi vaksin? Vaksin adalah alat penting dalam merespon pandemi dan melindungi penerimanya dari gejala parah hingga kematian. Perlindungannya tidak semua. Para peneliti masih memerlukan riset lebih jauh tentang bagaimana vaksin dapat menghentikan infeksi dan penularan.

Karena itu, setelah divaksin setiap individu tetap harus mengambil tindakan pencegahan sederhana, seperti menjaga jarak fisik, memakai masker, menghindari keramaian, dan mencuci tangan. 

Lantas, bagaimana dengan efektivitas vaksin dengan munculnya varian baru? WHO menyebut vaksin terbukti efektif terhadap varian yang ada, terutama untuk mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian. Beberapa varian memang memiliki sedikit dampak pada kemampuan vaksin. 

Namun, kehadiran vaksin tetap efektif melawan varian baru karena respon imun luas yang ditimbulkan. Artinya, perubahan atau mutasi virus tidak mungkin membuat vaksin benar-benar tidak efektif. 

The New York Times pada 14 Juli 2021 pernah menuliskan soal ini. Varian Delta memang memicu wabah besar di seluruh dunia. Indonesia tidak sendirian. Asutralia, Jepang, Afrika Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat mengalami lonjakan kasus. 

Namun, negara dengan realisasi vaksinasi tinggi mengalami penurunan pasien gejala berat, jumlah rawat inap, dan kematian. Hal ini terjadi di Israel, Inggris, dan AS. Berdasarkan data Financial Times, tiga negara tersebut telah melakukan vaksinasi sekitar 50% dari target penduduknya. 

Kesimpulan

Vaksinasi tidak menyebabkan lonjakan kematian kasus Covid-19. Di beberapa negara yang program vaksinasinya berjalan baik, justru vaksin menurunkan angka pasien dengan gejala berat, jumlah rawat inap, dan kematian. 

Dengan seluruh cek fakta tersebut, dapat disimpulkan, isi pesan berantai tersebut adalah keliru.

Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan