Masa Kelam Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Antara/Benardy Ferdiansyah
Gedung KPK
Penulis: Doddy Rosadi
4/10/2021, 21.36 WIB

Pakar komunikasi politik Prof. Dr. Tjipta Lesmana memaparkan bahwa korupsi di Indonesia sudah membudaya dan makin memprihatinkan. Dia berpendapat bahwa korupsi terjadi karena sense of morality, rasa kepemimpinan, dan sistem politik yang masih kurang dan harus dikembangkan lagi.

Direktur YLBHI Asfinawati beranggapan bahwa terdapat kaitan yang erat antara demokrasi dan korupsi. Pemerintahan yang otoriter dapat menjadi penyebab dari korupsi suatu negara.

Korupsi dapat menjadi motif bagi orang yang otoriter untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. Begitu korupsi semakin banyak, kita dapat melihat tingkat demokrasi negara tersebut,” jelas Asfinawati.

Peneliti CSIS Edbert Gani berpendapat bahwa sistem politik dan partai perlu diperbaiki. Partai politik di Indonesia kini terlalu banyak dan membuat presidentialization of partai politik dimana partai politik tidak lagi memiliki ideologis yang diperjuangkan, tetapi hanya untuk mendorong orang-orang yang akan maju.

“Partai politik membutuhkan banyak uang dan karena kondisi ekonomi tidak terlalu terbuka, maka kegiatan dilakukan secara ekstraktif untuk menjalankan demokrasi elektoral,” ujar Edbert.

Halaman: