Tim Densus 88 Antiteror Polri baru-baru ini mengungkap gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko pun mengatakan organisasi terlarang itu sudah mempengaruhi sejumlah unsur masyarakat.
"(NII) itu sudah berada di tengah-tengah kita," kata Moeldoko dalam tayangan video, Jumat (22/4).
Menurutnya, NII memengaruhi sejumlah unsur masyarakat seperti Aparatur Sipil Negara (ASN), aparat keamanan, mahasiswa, institusi, dan pengusaha. Pengaruh doktrin dilakukan dengan cara sembunyi atau kamuflase agar tidak mudah dikenali.
Moeldoko mengatakan, NII melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan merebut hati dan pikiran. Dengan cara itu, NII bisa leluasa dalam memengaruhi orang lain.
Dia mengatakan, pola gerakan NII tersebut cukup sulit untuk diatasi. Ini berbeda dengan pendekatan yang dilakukan pada era Kartosoewirjo dan Kahar Muzakkar yang menggunakan strategi penguasaan wilayah. Saat itu, pelaku NII mudah ditangkap dan dikenali.
Untuk itu, Moeldoko meminta masyarakat untuk waspada. Sebab, sudah ada korban perekrutan NII.
Tak hanya itu, NII juga menjadi kontributor dukungan sumber daya untuk seluruh jaringan teroris internasional di Indonesia. Ia juga meminta masyarakat untuk berhati-hati.
"Kuncinya membangun kewaspadaan. Jangan ada lagi kita tidak tahu sebelah kita ternyata teroris," ujar dia.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut kelompok NII menjadi salah satu gerakan politik yang patut diwaspadai, karena memiliki ideologi bertentangan dengan Pancasila dan dianggap sebagai salah satu kelompok teroris. Organisasi ini juga menjadi gerakan politik pertama di Indonesia yang melakukan radikalisasi dengan mengatasnamakan agama, sehingga membahayakan kedaulatan negara.
"Ideologi NII merupakan induk ideologi yang menjiwai gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid seperti dikutip Antara, Rabu (30/3).
BNPT juga menganggap NII memiliki potensi untuk melakukan tindakan kekerasan dan teror, demi mencapai cita-citanya mendirikan negara berdasarkan syariat agama.
Hal ini juga membuatnya menjadi ancaman terhadap harmoni yang sudah terbangun di Indonesia, karena bertentangan dengan konsensus nasional. Bahkan NII memiliki struktur pemerintahan yang bergerak di 'bawah tanah'.
Nurwakhid menjelaskan penyebaran terorisme di Indonesia memiliki akar sejarah dan ideologi yang mengacu dari gerakan Kartosoewiryo, melalui Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada era-1950-an.
Meski sudah lama berlalu, Nurwakhid mengatakan anggota NII mencapai 2 juta berdasarkan data resmi. Namun, jumlah sebenarnya diperkirakan lebih banyak karena ada yang tidak terdata. Hal ini ia ketahui berdasarkan keterangan salah satu putra Kartosoewirjo, yaitu Sarjono Kartosoewirjo, .
Gerakan ini juga diketahui bermetamorfosa menjadi berbagai jaringan, salah satunya Jamaah Islamiyah (JI) yang didirikan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir pada tahun 90-an.
Jumlah tersangka terorisme di Indonesia kembali meningkat sepanjang tahun lalu. Berdasarkan laporan Kepolisian Negara Republik Indonesia, ada 370 tersangka terorisme di Tanah Air pada 2021.