Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan jajarannya untuk mengurangi pembelian barang impor. Ia bahkan heran Indonesia sampai saat ini masih saja mengimpor komoditas pangan seperti kedelai dan jagung.
Padahal menurutnya, dua tanaman ini bisa ditanam di banyak wilayah yang tersebar di Tanah Air. Oleh sebab itu Jokowi meminta pemerintah pusat dan daerah membenahi hal ini.
"Tanam jagung di manapun juga tumbuh, kenapa masih impor?," kata Jokowi dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Istana Negara, Kamis (28/4).
Ia juga meminta kementerian hingga pemerintah daerah, untuk fokus mengarahkan konsumsi pada produk dalam negeri. Apalagi total belanja barang, modal, dan jasa pemerintah mencapai Rp 1.062 triliun.
“Ini sudah dua kali saya sampaikan, bekerja fokus untuk meningkatkan komponen dalam negeri atau TKDN," kata Jokowi.
Adapun potensi belanja barang, modal, dan jasa dari pemerintah pusat mencapai angka Rp 526 triliun dan dari pemerintah daerah bisa mencapai total Rp 535 triliun. Angka ini belum termasuk dengan potensi belanja modal Badan Usaha Milik negara (BUMN) senilai Rp 420 triliun.
“Jangan sampai, sekali lagi, angka yang sangat besar sekali ini dibelanjakan untuk barang-barang impor. Arahkan semuanya pembelian ke produk-produk dalam negeri,” kata Jokowi.
Adapun Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mencatat, kedelai dan jagung merupakan beberapa komoditas pangan yang paling banyak diimpor Indonesia pada 2020 lalu. Angka impor kedelai dua tahun lalu mencapai 2,5 juta ton, adapun impor jagung sebesar 865 ribu ton.