Kementerian Kesehatan menegaskan kasus hepatitis akut pada anak-anak bukan disebabkan vaksinasi Covid-19. Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan hepatitis akut disebabkan vaksinasi.
Guru Besar Gastro Hepatologi RSCM Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Hanifah Oswari, menjelaskan soal itu karena berbagai kabar yang beredar mengkaitkan kasus hepatitis dengan vaksinasi Covid-19.
"Ini tidak benar tidak ada bukti kaitan dengan vaksin Covid-19. Mungkin sebuah kejadian bersamaan, tapi bukan penyebab utamanya," kata Hanifah Oswari, dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari zoom di Jakarta, Kamis (5/5).
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan ketiga pasien hepatitis akut pada anak yang meninggal di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022. Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Ketiga pasien tersebut masing-masing berusia dua tahun, delapan tahun dan 11 tahun. Pasien yang berusia dua tahun belum memperoleh vaksinasi Covid-19 dan hepatitis A-E.
Sedangkan pasien yang berusia delapan tahun sudah memperoleh vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan 11 tahun telah memperoleh vaksinasi lengkap dua dosis.
Ketiga pasien dilaporkan negatif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan medis di rumah sakit. Ketiga pasien tiba di rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut."Hanya memberikan waktu sedikit rumah sakit berikan tindakan pertolongan," kata Nadia.
Kementerian Kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah melakukan investigasi kontak untuk mengetahui faktor risiko yang ada pada pasien.
"Dari data yang ada, satu kasus pernah memiliki penyakit lainnya sebelum pasien didiagnosa diduga mengalami hepatitis akut ini," katanya.
Nadia yang juga menjabat sebagai Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI itu mengatakan Kemenkes belum menggolongkan kejadian itu sebagai kasus hepatitis akut berat sebab masih ada fase lanjutan investigasi berupa pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan Adenovirus dan Hepatitis E yang membutuhkan waktu 10-14 hari ke depan.
"Kami belum golongkan dalam hepatitis akut bergejala berat, tetapi baru masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium," katanya.
Nadia mengatakan dari ketiga pasien tidak ditemukan riwayat penyakit bawaan hepatitis dari keluarga. "Dari ketiga anak tersebut tidak ada yang memiliki riwayat dengan gejala penyakit yang sama," katanya.
Keluhan utama yang dialami pasien sebelum di bawa ke rumah sakit, kata Nadia, berasal dari saluran cerna seperti mual, muntah dan diare yang hebat.
Sebelumnya, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban menyebut, hipotesis yang menyebutkan penyakit hepatitis akut dikaitkan dengan vaksinasi Covid-19 belum didukung oleh data dari hasil penelitian. Saat ini, para ahli, termasuk di Indonesia sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai wabah ini.
"Sebagian besar anak-anak yang terkena hepatisis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19," beber Zubairi, dalam cuitannya melalui Twitter, Senin (2/5).