Faksi Puan Maharani dan Ganjar Pranowo di Balik Capres PDIP

ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo
9/5/2022, 18.02 WIB

Meski faksi merupakan sesuatu hal yang normal, Jamil melihat faksi di dalam PDIP ini juga dapat mempengaruhi soliditas partai dalam menghadapi Pemilu 2024. Dengan catatan, jika pemimpin partai tersebut melemah pengaruhnya. Oleh sebab itu, dia sangsi jika PDIP akan tetap sekuat sekarang, saat Megawati lengser dari posisinya nanti.

Simak juga elektabilitas PDIP dibandingkan partai politik lainnya.

“Apakah faksi-faksi itu membuat solid atau tidak, itu sangat tergantung dari kepemimpinan. Kita lihat sekarang, di PDIP itu yang terjadinya loyalitas tunggal ke Megawati. Jadi meskipun masih ada faksi-faksi, tidak akan menjadi tercerai-berai karena masih ada patronnya, yaitu Mega,” terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin. Dia juga menganggap terciptanya faksi di dalam partai politik merupakan hal yang wajar. Dampaknya pun tak terlalu terasa jika melihat posisi dan pengaruh Megawati sebagai ketua umum PDIP masih kuat serta disegani seluruh kader.

“Jadi saya melihatnya, faksi di PDIP itu ada dan nyata. Tapi ketika Megawati masih ada, masih bisa dikendalikan oleh Mega,” ujarnya kepada Katadata.co.id pada Senin (9/5).

Kendali kuat dari Megawati juga membuat faksi yang ada di PDIP cenderung bergerak secara samar-samar. Terutama faksi pendukung Ganjar. Sebab dengan pengaruh Megawati yang kuat, kader yang tidak menurut sangat mudah untuk kehilangan posisi mereka di partai. 

“Itu kan permainan dalam diam. Itu kan semua orang tahu. Tokoh-tokoh PDIP dan tokoh-tokoh luar (PDIP) tahu seperti itu,” katanya.

Walau belum mendekati masa Pemilu 2024, Ujang melihat terbaginya PDIP ke dalam faksi-faksi, sudah memberikan pengaruh yang cukup jelas dalam hal soliditas partai. Dia mengibaratkannya sebagai sebuah rumah, di mana setiap penghuninya memiliki keinginan yang berbeda-beda.

Contoh paling terlihat terhadap Ganjar adalah teguran supaya tidak berkampanye dan menuruti aturan partai.

“Tapi kan selama ini Ganjar terus tancap gas. Elektabilitasnya pun selalu ada di tiga besar. Itu kan artinya, dibilang taat partai juga tidak. Dibilang tidak taat juga, tidak. Itulah soal politik,” tuturnya.

Melalui berbagai pencitraan yang ditampilkan, Ujang melihat Ganjar memiliki ambisi untuk ikut dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hal tersebut merupakan ambisi yang wajar sebagai pejabat publik, dan lumrah terjadi pada kalangan menteri, anggota DPR, dan kepala daerah untuk mengejar persentase elektabilitas yang tinggi.

“Memang ada (ambisinya). Kalau tidak ada, tidak akan tancap gas, dalam konteks berbeda pandangan dengan PDIP itu,” ucap Ujang.

Halaman:
Reporter: Ashri Fadilla