Partai Gerindra memecat salah satu politikus senior mereka, Mohamad Taufik dari partai. Pemecatan tersebut merupakan keputusan Sidang Majelis Kehormatan Partai (MKP) Gerindra yang digelar di Kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) Gerindra.
Taufik yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Gerindra, merupakan salah satu pendiri partai Gerindra di DKI Jakarta, dan telah menghabiskan waktu bersama selama lebih dari 13 tahun.
"Menyatakan saudara Taufik sebagai kader partai Gerindra telah melanggar AD/ART," ujar Wakil Ketua Majelis Kehormatan Partai Gerindra, Wihadi Wiyanto saat memimpin Sidang MKP Gerindra pada Selasa (7/6).
Setidaknya terdapat empat poin yang membuatnya dipecat dari partai yang dipimpin Prabowo Subianto, di antaranya:
• Gagal dalam menjalankan amanah partai terkait kalahnya perolehan suara pasangan Prabowo - Sandi di DKI Jakarta pada Pilpres 2019.
• Telah terbukti berbohong terkait loyalitas terhadap partai pada pemeriksaan terdahulu.
• Terbukti melakukan perbuatan yang bertentangan dan tidak sejalan dengan arah kebijakan partai, dengan telah melanggar sumpahnya selaku kader. Sebab Taufik dinilai tidak patuh kepada ideologi dan disiplin partai, serta menjaga kehormatan, martabat, dan kekompakan partai.
• Banyak memberikan pernyataan di media-media pemberitaan nasional terkait dengan pergantian dirinya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Namun menurut Gerindra, pernyataannya tersebut banyak yang tidak benar sehingga menyudutkan partai.
"Kita akan proses keputusan hari ini. Jadi kita akan berikan ke Taufik," kata Wihadi usai sidang.
Menurut Wihadi, Taufik banyak melakukan manuver setelah tersiarnya kabar pergantian dirinya sebagai Pimpinan DPRD DKI Jakarta. Pada 21 Februari 2022 lalu, Taufik pernah dipanggil dan berjanji akan loyal kepada Gerindra. Akan tetapi, setelah itu Taufik justru menunjukkan sikap tak loyal. Para elit Gerindra mendengar manuver bahwa Taufik mengundurkan diri dari partai dan berpindah ke Partai Nasdem.
Sama halnya terkait dengan dukungan kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Haryadi menjelaskan bagaimana Taufik berbohong saat disidang MKP Gerindra.
Di dalam sidang, Taufik membantah telah memberikan dukungan kepada Anies. Namun dia diketahui memberikan dukungan sebagai Ketua Umum Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) JAYA.
Meski telah dilengserkan dari kursi pimpinan DPRD DKI Jakarta, saat ini Taufik masih menjadi anggota parlemen di ibu kota. Terkait hal ini, Gerindra berencana menggantinya dengan mekanisme Penggantian Antarwaktu (PAW). "Pasti diganti. Nanti sesuai mekanisme. PAW kan ada proses administrasinya," katanya.