Daftar 13 Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2022-2027, Siapa Ketua?

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/YU
Sejumlah tamu undangan dan peserta berfoto saat mengikuti Pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah 2022 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2022).
Penulis: Ira Guslina Sufa
20/11/2022, 09.36 WIB

Muktamar ke-48 Muhammadiyah telah menetapkan 13 nama anggota pengurus pusat untuk periode 2022-2027. 13 nama diperoleh melalui pemilihan menggunakan e-voting yang berlangsung di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Solo, Jawa Tengah Sabtu (19/11). 

Ketua Panitia Pemilihan Muktamar ke-48 Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais mengatakan pemilihan dilakukan dalam 50 bilik suara. Pemanggilan peserta Muktamar 48 untuk menyalurkan hak pilihnya dilakukan secara bergantian oleh Panitia Pemilihan (Panlih). 

Pelaksanaan pemilihan dipandu langsung oleh Ahmad Dahlan Rais bersama Sekretaris Panlih, Budi Setiawan. Serta penjelasan teknis pemilihan disampaikan oleh Anggota Panlih Muktamar ke-48 Muhammadiyah, Muchlas MT.

Berikut 13 nama yang terpilih sebagai pimpina pengurus pusat muhammadiyah periode 2022-2027. 

  • Haedar Nashir sebanyak 2.203 suara.
  • Abdul Mu'ti sebanyak 2.159 suara
  • Anwar Abbas sebanyak 1.820 suara
  • Busyro Muqoddas sebanyak 1.778 suara
  • Hilman Latief sebanyak 1.675 suara
  • Muhadjir Effendy  sebanyak 1.598 suara
  • Syamsul Anwar sebanyak 1.494 suara
  • Agung Danarto sebanyak 1.489 suara
  • Saad Ibrahim sebanyak 1.333 suara
  • Syafiq A Mughni sebanyak 1.152 suara
  • Dadang Kahmad sebanyak 1.119 suara
  • Ahmad Dahlan Rais sebanyak 1.080 suara 
  • Irwan Akib sebanyak 1.001 suara

 Menurut Dahlan Rais, dari 13 orang terpilih akan dibawa ke rapat Muktamar Muhammadiyah di Edutorium KH Ahmad Dahlan yang berlangsung hari ini Minggu (20/11). Menurut Dahlan, dari perolehan nama tersebut, kemungkinan besar yang menjadi ketua umum adalah yang mendapat suara terbanyak. Hal itu, juga untuk menghargai yang mendapat suara terbanyak.

"Ketua umum yang terpilih dalam rapat 13 orang itu, harus dimintakan persetujuan kepada muktamirin. Sedangkan sekretaris umum ditunjuk oleh ketua umum terpilih," kata Dahlan Rais.

Kendati demikian, kata Dahlan, ada sejarah yang menjadi ketua umum bukan yang dipilih oleh muktamirin. Dia mencontohkan dalam Muktamar di Purwokerto pada 1950-an, pimpinan terpilih tidak ada yang mau menjadi ketua umum. 

Akhirnya mereka meminta Buya Sutan Mansur di Sumatera Barat untuk memimpin Muhammadiyah. Buya bersedia lalu hijrah ke Jawa untuk menjadi ketua umum.