Gunung Karangetang di Sulawesi Utara erupsi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat ada 27 kali gempa embusan selama periode 1 - 15 Januari.
"Terekam juga 12 kali gempa hybrid/fase banyak, enam kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa tektonik lokal, satu kali gempa terasa pada skala II MMI dan 81 kali gempa tektonik jauh," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam rilis yang dibagikan oleh Kepala Pos PGA Karangetang Yudia P Tatipang dalam grup percakapan Info Gunung Karangetang di Manado, Kamis malam (18/1).
Saat ini, status salah satu Gunung Karangetang di Sulawesi Utara berada pada level dua alias waspada. Dalam status ini, masyarakat, pengunjung, wisatawan dan pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 1,5 kilometer dari kawah utama (selatan) dan kawah dua (utara), serta 2,5 kilometer pada sektor barat daya dan selatan.
Ia mengimbau warga mewaspadai awan panas guguran Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara. "Kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava," kata Hendra.
Karakteristik awan panas guguran gunung api itu terjadi dari penumpukan material lava yang gugur atau longsor.
"Akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran/guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya," ujarnya.
Masyarakat yang diimbau mewaspadai awan panas saat akan melintasi lembah/sungai, serta mewaspadai terjadinya lahar saat hujan di puncak. "Kondisi visual tidak teramati adanya kejadian guguran/erupsi efusif," ujarnya.
Dari seismisitas, jenis gempa permukaan seperti gempa embusan dan gempa hybrid/fase banyak mendominasi kegempaan gunung di Pulau Siau. Ini merupakan kesetimbangan dari kubah lava di permukaan.
PVMBG juga mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Karangetang menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
Tingkat aktivitas gunung api tersebut akan dievaluasi secara berkala maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. “Tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan," katanya.
Pemerintah daerah juga diminta berkoordinasi dengan Pos PGA Karangetang atau PVMBG Bandung.
Dia berharap masyarakat, BNPB, BPBD Provinsi Sulawesi Utara, BPBD Kabupaten Sitaro, dan instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan tingkat aktivitas maupun rekomendasi Gunung Karangetang setiap saat melalui aplikasi MAGMA Indonesia.
Sebelumnya, Gunung Karangetang mengalami erupsi efusif pada Februari 2023, statusnya kemudian dinaikkan menjadi Siaga setelah terjadinya serentetan peningkatan aktivitas vulkanik.