Pengusaha Ritel Minta Relaksasi Harga Eceran Tertinggi Bahan Pokok

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nz
Ilustrasi, pPengunjung berbelanja di salah satu ritel di Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Penulis: Agung Jatmiko
11/2/2024, 14.55 WIB

Para pelaku usaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel (Aprindo) meminta Pemerintah untuk merelaksasi harga eceran tertinggi atau HET, terkait bahan pokok seperti beras, gula dan minyak goreng.

Mengutip Antara, Aprindo menilai perubahan HET perlu dilakukan supaya pelaku usaha ritel dapat terus menyediakan bahan pokok. Ini diperlukan agar peritel memiliki kemampuan menyuplai demi mencegah kekosonganan atau kelangkaan di gerai-gerai ritel modern.

Apalagi, pada Februari 2024 ini para peritel mulai melakukan pembelian dari produsen untuk persiapan pasokan menyambut Ramadan dan Idul Fitri di gerai ritel.

"Kami memerlukan sikap Pemerintah dan pihak berwenang untuk merelaksasi aturan main HET yang ditetapkan. Sehingga, peritel dapat terus membeli, menyediakan dan menjual kebutuhan pokok bagi masyarakat," kata Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey, dikutip dari Antara, Minggu (11/2).

Selain relaksasi harga eceran tertinggi bahan pokok, Aprindo jua mengungkapkan keinginan adanya koordinasi dan komunikasi yang intensif antara kementerian/lembaga dengan para pelaku usaha di sektor hulu, yakni produsen, hingga peritel.

Menurut Roy, koordinasi diperlukan untuk menghadirkan kebijakan yang berorientasi pada urgensi demi mencapai solusi yang adaptif. Sehingga, permasalahan anomali harga bahan pokok dapat terkelola dan terkendali dengan baik.

Seperti diketahui, sejumlah bahan pokok seperti beras mengalami kenaikan harga di berbagai wilayah di Indonesia. Kenaikan ini, dipicu tingginya permintaan konsumen dibandingkan dengan ketersediaan barang.

Selain itu, Aprindo juga mengungkapkan kenaikan harga sejumlah bahan pokok juga disebabkan oleh produsen yang menaikkan harga di atas HET. Alhasil, peritel terpaksa ikut menyesuaikan dengan harga beli.

Menurut Roy, kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern. Kelangkaan yang terjadi di kemudian hari, mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan oleh masyarakat, karena takut kekurangan stok.

Para peritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram (kg). Keterbatasan ini, disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.

Selain itu, belum masuknya beras tipe medium yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras. Roy mengatakan, situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah, yang mengakibatkan kenaikan harga eceran tertinggi beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat.

Reporter: Antara