BMW dan Daimler Digugat Turunkan Emisi Karbon dan Setop Mobil BBM

BMW Group
Mobil listrik berjenis SUV, BMW iX yang akan diluncurkan pada 2022.
Penulis: Happy Fajrian
22/9/2021, 18.00 WIB

Aktivis lingkungan Jerman yang tergabung dalam Deutsche Umwelthilfe (DUH) menuntut dua perusahaan otomotif terkemuka di negaranya, BMW dan Daimler, karena menolak untuk memperketat target emisi karbon dan menghentikan produksi mobil BBM sebelum 2030 untuk mencegah perubahan iklim.

Tidak hanya BMW dan Daimler, Volkswagen (VW) juga menghadapi tuntutan yang sama namun dari Greenpeace dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Jerman, Fridays for Future. Dua LSM ini memberikan waktu kepada VW hingga 29 Oktober untuk merespons tuntutan mereka.

Mengutip Reuters, tuntutan hukum tersebut telah diajukan pada Senin (20/9) setelah kedua perusahaan otomotif tersebut melewati tenggat yang ditetapkan DUH untuk merespon permintaan untuk mengetatkan target emisi karbon dan membatasi produksi mobil BBM sebelum 2030.

Baik BMW maupun Daimler sejauh ini belum menetapkan target untuk menghentikan produksi mobil bermesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE). Kedua perusahaan mengonfirmasi kepada Reuters bahwa mereka menolak tuntutan DUH.

“Kami telah lama menegaskan jalur netral iklim kami, yaitu untuk sepenuhnya memproduksi mobil listrik pada akhir dekade ini, dengan mempertimbangkan kondisi pasar,” tulis pernyataan Daimler, seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (22/9).

Sementara BMW menyatakan bahwa target iklim mereka sudah menjadi yang terdepan di industri otomotif dengan tujuan yang sejalan dengan ambisi untuk menahan kenaikan temperatur global di bawah 1,5 derajat celsius.

VW dalam pernyataannya mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan tuntutan ini, namun menilai tuntutan hukum terhadap satu perusahaan bukan sebagai cara yang tepat untuk mengatasi masalah sosial seperti emisi karbon dan perubahan iklim.

Adapun DUH mendasari tuntutannya pada keputusan pengadilan tinggi Jerman yang menyatakan bahwa undang-undang iklim di negara itu tidak cukup untuk melindungi generasi masa depan dari ancaman perubahan iklim.

Pengadilan pun memutuskan target penurunan emisi Jerman pada 2030 harus sebesar 65% dari level emisi pada 1990, lebih tinggi dari target sebelumnya 55%. Selain itu pengadilan juga memutuskan Jerman harus netral karbon pada 2045.

Tuntutan hukum ini penting karena akan menetapkan preseden hukum bahwa perusahaan harus bertanggung jawab atas emisi yang dihasilkan produknya yang berdampak pada hidup manusia. Simak perbandingan emisi karbon antara mobil listrik dan mobil konvensional pada databoks berikut:

Jika penuntut menang, maka di masa depan akan banyak tuntutan kepada perusahaan lainnya, mulai dari maskapai penerbangan, perusahaan energi/migas, hingga peritel, yang dianggap kurang kencang dalam upaya memitigasi dampak bisnis mereka terhadap lingkungan.

Ini sudah terjadi di Belanda, di mana perusahaan energi Royal Dutch Shell kalah dalam tuntutan serupa terkait emisi karbon yang mereka hasilkan. Shell pun menjadi perusahaan swasta pertama yang mendapat perintah pengadilan untuk menurunkan emisinya.

Target Iklim BMW, Daimler, Volkswagen

Sebenarnya, baik BMW maupun Daimler memiliki sejumlah target terkait iklim. Daimler menargetkan untuk memproduksi versi elektrik dari seluruh model mobil yang mereka produksi pada 2025 dan pada 2030 akan mulai memproduksi mobil listrik murni (berbasis baterai).

Kemudian BMW telah menargetkan separuh dari penjualan mobilnya secara global merupakan mobil listrik pada 2030, dan akan menurunkan tingkat emisi setiap mobilnya hingga 40%. Sedangkan VW telah menyatakan akan menghentikan produksi mobil berbahan bakar fosil pada 2035.

Ketiga perusahaan ini menyatakan bahwa target-target tersebut selaras dengan Perjanjian Paris untuk mengatasi pemanasan global.

Namun DUH menilai target-target tersebut tidak sejalan dengan target iklim yang telah ditetapkan pengadilan tinggi Jerman yang akan berdampak buruk terhadap generasi mendatang.