Perum Bulog mengatakan bakal memaksimalkan mekanisme pendistribusian beras melalui berbagai cara, seperti lewat outlet rumah pangan kita (RPK) dan pemasok beras program Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT). Hal itu dilakukan untuk mengurangi penumpukan beras berlebih di gudang.
Sekretaris Perusahaan Bulog Awaludin Iqbal mengatakan hingga akhir tahun, perusahaan menargetkan bisa memiliki 80 ribu outlet RPK. Saat ini, Bulog telah memiliki sekitar 60 ribu unit RPK yang tersebar di seluruh Indonesia.
RPK merupakan salah satu chanel distribusi pangan Bulog untuk kegiatan stabilisasi harga dan program pemerintah. Dalam pengoperasiannya, Bulog bekerjasama dengan masyarakat sebagai agen penjual.
"Salah satu usaha kami adalah dengan memperbanyak outlet. Kemudian kami masuk di beberapa daerah yang sudah melayani BPNT sebagian," katanya di Jakarta, Jumat (28/6).
(Baca: Stabilisasi Harga Diperpanjang, Bulog Salurkan 1,48 Juta Ton Beras)
Dengan merilis beras sebanyak-banyaknya ke luar gudang, diharapkan perputaran stok beras menjadi lebih cepat sehingga tidak ada penumpukan.
Saat ini stok beras di gudang Bulog sekitar 2,2 juta ton, yang mana sebagian merupakan sisa tahun lalu. Stok tersebut akan didistribusikan ke daerah yang bukan sentra produsen beras, terutama di luar Jawa.
Untuk meningkatkan penyaluran beras di gudang Bulog, pemerintah juga akan memperpanjang program ketersediaan pasokan dan stabilitas harga (KPSH) hingga akhir tahun dengan target penyaluran 1,48 juta ton beras. Hal tersebut diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) awal pekan kemarin.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh menyatakan target penggelontoran 1,48 juta ton cukup besar dan menjadi tantangan perusahaan ke depan. Ini dikarenakan, rata-rata jumlah beras yang dapat disalurkan Bulog hanya 554 ribu ton per tahun. "Namun, kalau nanti stok untuk KPSH tidak habis, kita bisa jual ke pasar umum," ujarnya.
(Baca: Stok Beras Capai 2,3 Juta Ton, Kementan Tak Takut Ancaman Kekeringan)
Tri juga optimistis target tersebut dapat dicapai. Sebab, harga beras biasanya akan mulai menunjukkan kenaikan pada Agustus hingga akhir tahun. Harga kemudian kembali turun di Februari.
Dia memperkirakan akan terjadi kemarau pada tahun ini. Sehingga, program KPSH akan digunakan pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan harga dan menjaga stabilitas pasokan beras.
Sebagai informasi, KPSH merupakan program Perum Bulog untuk terus menjaga stabilitas harga pangan, terutama beras dan menekan inflasi pada 2019. Program ini mirip operasi pasar yang dilakukan perusahaan. Pada 2018, Perum Bulog telah melakukan program KPSH di seluruh wilayah Indonesia.