Pemerintah mendorong penguatan petani melalui sistem kelembagaan supaya mereka bisa mengembangan usahanya ke produk hilir. Selain itu, Kementerian Pertanian juga mengupayakan peremajaan beberapa tanaman utama perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, dan kelapa.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang menyatakan pemerintah mengawal petani untuk memperbaiki sistem produksi mereka. "Selain itu kami juga mendukung kelembagaan petani untuk mendorong hilirisasi," kata Bambang di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Bambang, peremajaan perkebunan untuk komoditas sawit dilakukan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Untuk karet, dia mengusulkan peremajaan dengan sistem pembagian lahan 70% dan 30%, sehingga petani karet nantinya bisa memiliki produk pengganti sambil menunggu masa panen.
(Baca: Harga Merosot, Pemerintah Siap Beli Karet Petani untuk Infrastruktur)
Terlebih karet biasanya memiliki masa panen lebih lam dibandingkan dengan jenis tanaman selaan seperti kopi dan kakao yang masa panennya lebih singkat. "Setidaknya kita membuat petani bisa bertahan sehingga ketika bahan baku alternatif komoditas kita habis, produksi masih tersedia," ujar Bambang.
Selain dari sisi pasokan, pemerintah juga tenggah mengkaji sejumlah cara untuk meningkatkan permintaan beberapa komoditas kebun. Dengan harapan stok komoditas yang berlebih di pasar bisa terserap sehingga harganya terdongkrak naik atau mulai membaik. Contohnya program B20 untuk minyak kelapa sawit serta pengkajian penggunaan karet untuk bahan baku aspal.
(Baca: Kepala Daerah Minta Pemerintah Pusat Atasi Penurunan Harga Sawit)
Uji coba pun terus dilakukan dengan pembahasan di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Rencananya, pendanaan karet juga bakal disesuaikan seperti model yang sudah terjadi pada kelapa sawit dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Togar Sitanggang mengapresiasi langkah pemerintah dalam berinovasi. Namundia juga meminta komitmen peemrintah dalam menjaga harga komoditas melaui peningkatan konsumsi dalam negeri.
Sebab, dnegan perdagangan global yang semakin lesu membuat harga semakin anjlok. "Perhitungan produksi harus tepat dengan kebutuhan dalam negeri dan perdagangan internasional," kata Togar.