Bappenas: Teknologi Rekayasa Cuaca Bisa Jadi Solusi Ketahanan Pangan

ANTARA FOTO/Jojon/aww.
Ilustrasi. Ketahanan pangan tengah menjadi fokus utama berbagai negara di belahan dunia selama masa pandemi corona.
9/6/2020, 15.31 WIB

Ketahanan pangan menjadi  fokus utama berbagai negara di belahan dunia selama masa pandemi corona. Untuk itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menilai dibutuhkan peningkatan inovasi guna menjaga ketahanan pangan, salah satunya teknologi rekayasa cuaca.  

"Kita sekarang harus membuat teknologi rekayasa cuaca agar bagaimana kita mendapat sekali panen dalam satu bulan. Itu akan luar biasa," kata Suharso dalam Bicara Data Virtual series "Strategi Besar Pemulihan Nasional Pasca Pandemi" yang digelar Katadata.co.id, Selasa (9/6).

Indonesia saat ini dihadapkan dengan permasalahan cuaca yang berubah-ubah. Permasalahan lainnya yang juga masih dihadapi yakni musim panen yang hanya terjadi beberapa waktu saja dalam satu tahun. Jika terjadi gangguan saat musim panen, maka ketahanan pangan dapat terganggu lantaran sulit memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

"Namun selama pandemi, beruntungnya bisa terpenuhi ," kata dia.

(Baca: Kementan Siapkan Strategi Ketahanan Pangan Saat Normal Baru)

Selain rekayasa teknologi cuaca, diperlukan penambahan jumlah cetak sawah di Tanah Air. Tujuannya, agar hasil panen bisa berlebih dan mencukupi kebutuhan masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan.

Kendati demikian, upaya pencetakan sawah saat ini terganjal oleh  sumber daya manusia yang kurang memadai. Ditambah pula, masih ada masalah regulasi untuk pengadaan tanah persawahan. 

"Memang ada isu soal tanah, kapasitas di sana. Tetapi itu isu yang birokratis. Masalah birokrasi dan regulasi  bisa kita selesaikan dalam bentuk ketersediaan regulasi yang sifatnya fair bagi rakyat," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria