Belajar Strategi Coca-Cola, Merek Lawas yang Populer di Era Digital

website coca cola
Ilustrasi, logo Coca Cola. Coca Cola mendanai startup Kargo Technologies. Kargo dipilih karena telah mendukung logistik perusahaan minuman tersebut.
Penulis: Ekarina
13/11/2020, 14.22 WIB

Dua strategi yang dapat digeneralisasikan untuk mencapai hal ini, dengan sistemisasi dan teknik pemijahan (mengawinkan atau menelurkan) produk.  Contohnya, pada startegi promosi Coca-Cola dengan mendorong pemberian hadiah antar-teman efetif meningkatkan penjualan dari 1,7 miliar menjadi 1,9 miliar kaleng per hari. 

Infografik_Roboh dihantam disrupsi digital (Katadata)

MACE bisa menjadi cetak biru untuk merek apa pun, bahkan merek tradisional - untuk berkembang dan tetap relevan dalam jangka panjang.

"Konektivitas digital membutuhkan pemikiran yang cerdas untuk memanfaatkan kerangka kerja ini. Perusahaan yang tidak efektif terlibat dengan konsumen di platform digital bakal ditakdirkan menjadi dinosaurus," katanya dikutip dari Harvard Business Review, Jumat (13/11).

Sehingga pola pikir MACE menurutnya harus selalu diterapkan dan pastikan merek perusahaan bertahan di dunia yang semakin digital.

Menurut laporan yang diterbitkan WPP dan Kantar, terdapat 100 merek ternama dengan nilai merek (brand value) terbesar secara global. Pada 2020, Amazon berhasil menjadi pemimpin dengan nilai merek terbesar hingga US$ 415,9 miliar atau Rp 5,9 ribu triliun.

Di bawah Amazon, merek bernilai dunia kembali diisi oleh sejumlah perusahaan teknologi. Seperti Apple memiliki nilai merek sebesar US$ 352,2 miliar atau Rp 5,1 ribu triliun. Microsoft mengumpulkan US$ 326,5 miliar yang setara dengan Rp 4,7 ribu triliun. Sedangkan Google mempunyai nilai merek US$ 323,6 miliar atau Rp 4,66 ribu triliun.

Sepuluh perusahaan dengan nilai merek terbesar bergerak di bidang retail, teknologi, pembayaran, dan makanan cepat saji. Dua perusahaan berasal dari Tiongkok, sementara sisanya bertempat di Amerika Serikat.

Halaman: