Startup sosial commerce berbasis syariah Indonesia, Evermos dapat pendanaan seri A senilai US$ 8,2 juta atau sekitar Rp 115,1 miliar. Investasi itu diperoleh dari modal ventura asal Singapura, Jungle Ventures.
Investor lain yang terlibat dalam pendanaan itu yakni Shunwei Capital dan investor terdahulu (existing investor) Alpha JWC. Evermos mengatakan, putaran pendanaan itu kelebihan permintaan.
"Kami percaya Evermos tidak terbatas pada platform bisnis, tetapi juga merupakan pendorong ekonomi bagi komunitas Muslim," kata salah satu pendiri perusahaan sekaligus kepala kemitraan Evermos Ilham Taufiq dikutip dari TechinAsia, hari ini (6/12).
Menurut dia, ada banyak potensi pasar syariah di Tanah Air yang belum dimanfaatkan. Ilham mencontohkan, pasar potensial itu seperti Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, perjalanan berbasis syariah (umrah atau haji) hingga layanan teknologi finansial (fintech).
(Baca: Garap Pasar Syariah, Tokopedia Jual Lebih dari 100 Paket Umrah)
Evermos merupakan e-commerce dengan platform-nya media sosial atau social commerce. Perusahaan ini memfasilitasi reseller dan dropshipper dalam berjualan secara online.
Social commerce ini berfokus pada penjualan produk muslim seperti hijab, pakaian syar’i, buku, dan sebagainya. Mengutip dari TechinAsia, Evermos telah mengembangkan 200 ribu lebih jaringan di Indonesia.
Tambahan modal ini rencananya digunakan untuk memperluas kehadiran Evermos di Tanah Air. Perusahaan juga ingin membangun lebih banyak kolaborasi dengan merek dan organisasi, juga mengembangkan jaringan reseller online.
(Baca: Gaet Empat Investor, Fintech Syariah Alami Prediksi Dapat Rp 20 Miliar)
Berdasarkan data dari Thomson Reuters, pasar produk halal dan syariah melampaui US$ 2 triliun pada 2016. Nilainya diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat menjadi US$ 3,8 triliun pada 2022.
Pendiri sekaligus CEO Evermos Iqbal Muslimin Evermos berupaya memanfaatkan pertumbuhan itu. Selain itu, menurut dia peraturan di Indonesia mendukung model bisnis perusahaannya.
Di Indonesia, beberapa e-commerce dan fintech juga sudah merambah pasar syariah. Di bidang e-commerce ada Shopee dan Tokopedia melalui Shopee Barokah dan Tokopedia Salam.
Lalu di sektor fintech pembiayaan (lending) ada Ammana, Alami Sharia, Investree Syariah, Dana Syariah, Danakoo Syariah, dan Qazwa. (Baca: Investor Asing Minati Fintech Syariah hingga Startup Kuliner Indonesia)
Wakil Presiden Ma'ruf Amin optimistis ekonomi digital akan mendongkrak pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia. Saat ini, kontribusi keuangan syariah pada total industri keuangan baru mencapai 8,69%.
Menurut Ma'ruf, sebuah hasil penelitian memproyeksi aset keuangan syariah secara global bakal mencapai US$ 3,9 triliun pada 2023. "Ekonomi digital akan membuka peluang untuk mendongkrak pangsa pasar (keuangan syariah) di Indonesia," ujar Ma'ruf di Jakarta, beberapa waktu (16/9) lalu.
Ia menyebut, Indonesia saat ini memiliki fintech syariah paling banyak di seluruh dunia yang mencapai 31 perusahaan. Disusul Amerika Serikat (AS) sebanyak 12 fintech syariah dan Uni Emirat Arab (UEA) sebanyak 11 fintech syariah.