Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 mengungkapkan, tingkat keterlibatan konsumen berbanding lurus dengan monetisasi di e-commerce. Untuk itu, perusahaan seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak hingga Shopee bersaing meningkatkan waktu kunjungan pengguna di platform mereka.
Berdasarkan laporan tersebut, nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) e-commerce diproyeksi mencapai US$ 38 miliar pada tahun ini. Nilainya diperkirakan naik 39% menjadi US$ 153 miliar pada 2025.
GMV di e-commerce ini merupakan yang tertinggi dibanding berbagi tumpangan (ride hailing), online media, ataupun online travel. “Banyaknya pesta diskon seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan inovasi lain menarik orang berkunjung ke platform e-commerce,” kata Managing Director Google Indonesia Randy Mandrawan Jusuf di kantornya, Jakarta, kemarin (7/10).
Inovasi yang dilakukan seperti menyediakan fitur gim online, siaran langsung (live streaming) hingga menyerupai media sosial. “Pemain di industri ini pakai aplikasi untuk engage konsumen,” kata dia.
(Baca: Gaet Konsumen, E-commerce Rilis Fitur Hiburan hingga Bursa Produk Asli)
Selain itu, perusahaan e-commerce mulai menyediakan platform khusus menjual produk milik pemegang merek (brand). Contoh platform khusus ini adalah Shopee Mall, LazMall, BukaMall, Halal Mall di Tokopedia, dan lainnya.
“Seller development yang membedakan kuat dan tidak kuat. Kan maunya barang terpercaya, banyak pemain di e-commerce mau barang bagus ada di platform mereka,” kata Randy.
Dalam upaya mendorong keterlibatan pengguna di platform mereka, e-commerce pun masuk ke layanan-layanan baru. “Dan, mulai ada monetisasi dengan coba layanan baru, seperti periklanan. Peluangnya besar,” kata dia.
Pada 2015 misalnya, e-commerce di Asia Tenggara hanya menjalankan bisnis intinya. Tahun ini, beberapa e-commerce mulai merambah pesan-antar makanan, streaming, gim, konten berita, periklanan, perjalanan wisata (travel), dan keuangan.
Langkah-langkah ini pun menjadikan startup e-commerce masuk dua besar sektor yang paling diincar investor. Sepanjang Semester I 2019, startup di bidang ini memperoleh pendanaan US$ 2,5 miliar.
(Baca: Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional)
Lazada merupakan salah satu e-commerce yang sudah menjalankan strategi ini. Perusahaan asal Singapura ini merilis fitur siaran langsung dan tiga gim dalam rangka ulang tahun ketujuh pada akhir Maret lalu. Pada tahun lalu, Lazada juga merilis toko virtual yang disebut wonderland.
“Kami harap konsumen kami selalu melihat Lazada sebagai tujuan shoppertainment yang menawarkan ragam pilihan produk, potongan harga, in-app games, konten video menarik, dan live streaming,” kata Chief Marketing Officer (CMO) Lazada Indonesia Monika Rudijono, akhir Maret lalu.
Pesaingnya, yakni Shopee juga menyediakan permainan seperti kuis atau goyang Shopee. Pada pesta belanja 12.12 Birthday Sale tahun lalu, goyang Shopee telah dimainkan 46 juta kali dan kuis Shopee diikuti 11 juta partisipan di tujuh negara.
Tak mau ketinggalan, Bukalapak merilis layanan hiburan seperti gim, video streaming hingga berbagai event offline berbasis komunitas yang dengan tiket eksklusif yang dijual di platform-nya.
“Kami menghadirkan sejumlah fitur yang dapat memudahkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari konsumen kami, termasuk dalam hal hiburan,” ujar Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono Intan kepada Katadata.co.id.
(Baca: Mendag Dorong Usulan Hari Khusus E-Commerce Jual Produk Lokal)