Bukalapak menargetkan pertumbuhan bisnis hingga 50% pada 2021. Unicorn e-commerce ini pun semakin memantapkan niatnya untuk menawarkan saham perdana alias IPO.
Namun, CEO Bukalapak Rachmat Kaimudin tidak memerinci target waktu perusahaan IPO. Ia mengatakan, unicorn tengah menyiapkan struktur bisnis yang lebih matang.
"Bukalapak menyiapkan infrastrukturnya. Kami sudah dapat investor kelas dunia. Kami perlu memperkuat corporate governance. Opsi IPO selalu dibuka," ujar Rachmat saat konferensi pers virtual bertajuk ‘Berkembang Bersama Bukalapak’, Rabu (6/1).
Pada tahun lalu, Bukalapak mencatatkan nilai transaksi bisnis marketplace tumbuh lebih dari 130% secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan transaksi layanan online to offline (O2O) Mitra Bukalapak atau warung naik hingga 100%, dengan jumlah mitra yang meningkat 30%.
Bukalapak juga mencatatkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA tumbuh 80% selama 2018 hingga 2020. Rachmat menargetkan, bisnis keseluruhan tumbuh lebih besar pada tahun ini.
"Proyeksi kenaikan, kami mengikuti tren ekonomi. Pertumbuhan 40-50% bisnis secara keseluruhan semoga bisa tercapai," kata Rachmat.
Untuk mencapai target tersebut, startup jumbo itu berfokus pada tiga pilar bisnis yakni marketplace, O2O, dan produk virtual. Bukalapak tak akan gencar ‘bakar uang’.
E-commerce bernuansa merah itu memilih untuk menyasar konsumen di kota-kota level atau tier dua untuk meraup profit. Kota tingkat dua yang diincar seperti Yogyakarta, Manado, Solo, Palembang, dan Pekanbaru. Ini karena dua pertiga transaksi Bukalapak terjadi di luar lima kota besar di Indonesia.
Bukalapak juga masih akan berfokus pada segmen warung dalam jangka panjang. Segmen ini dinilai potensial, karena berkontribusi 65-70% terhadap transaksi retail nasional berdasarkan riset CLSA.
CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani mengatakan, lini bisnis O2O Mitra Bukalapak menyasar segmen warung. "Melihat peluang retail offline, kami memiliki kesempatan berinovasi dengan menjadi jembatan O2O," katanya.
Saat ini, ada tujuh juta mitra yang bergabung dalam program Mitra Bukalapak. Mereka merupakan pemilik warung, pengusaha mikro hingga penjual pulsa.
Unicorn itu pun memperluas penyediaan produk grosir ke 28 provinsi di Indonesia melalui kerja sama dengan lebih dari 300 distributor lokal. Selain itu, Bukalapak masih akan berfokus menyediakan beragam layanan atau produk baru pada 2021.
"Produk itu kami kembangkan tujuannya ingin membantu masyarakat dalam menjalankan kebutuhan sehari-harinya," kata President BukaFinancial and Digital Victor Putra Lesmana.
Pada Oktober 2020, perusahaan meluncurkan unit bisnis di bidang teknologi finansial (fintech) dan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yakni Buka Investasi Bersama (BIB).
Bukalapak juga menyediakan layanan agregator pengiriman barang, BukaSend. Lalu, menggandeng startup Justika untuk menyediakan layanan konsultasi hukum hingga pendampingan.
Unicorn Tanah Air itu juga meluncurkan fitur pencarian hunian, BukaRumah. Lalu, menggaet HappyFresh untuk menyediakan bahan pokok melalui fitur Groceries.
Yang terbaru, Bukalapak menyediakan program turnamen gim melalui kemitraan dengan Maingame.com.
Setidaknya ada tujuh layanan vertikal baru Bukalapak yakni investasi melalui BIB, konsultasi hukum, agregator logistik, pengadaan barang dan jasa, properti, lakupandai, dan turnamin game online.
Selain itu, satu layanan horizontal yakni bahan pokok. Konsep seperti ini dinilai sebagai superapp.