Ada Lazada dan Shopee, Singapura Ingin Jadi Pusat E-Commerce Asia

ANTARA FOTO/ REUTERS/Edgar Su/hp/dj
Pemandangan perahu yang nyaris kosong dekat Merlion Park, saat pariwisata harus menghadapi penurunan curam akibat mewabahnya virus corona (COVID-19), di sepanjang Marina Bay, Singapura, Kamis (26/3/2020).
29/6/2021, 12.27 WIB

Singapura ingin menjadi hub atau pusat e-commerce di Asia, karena potensinya besar saat pandemi corona. Negeri jiran ini memiliki beberapa startup e-commerce seperti Shopee, Lazada, dan Qoo10.

Country Director Google Singapura Ben King menyampaikan, e-commerce di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melonjak saat pandemi Covid-19. Ini karena semakin banyak orang di kawasan yang berbelanja online.

“Namun yang membedakan Singapura yakni kebijakan dan inisiatif yang membantu ekosistem industri dan ekonomi digital berkembang,” kata Ben saat wawancara dengan reporter CNBC Internasional Christine Tan, dikutip Senin (28/6).

Akan tetapi, Singapura menghadapi defisit talenta digital. Sedangkan faktor ini penting untuk mendukung ambisi negari jiran itu untuk mendorong skala bisnis e-commerce.

Oleh karena itu, Google membantu pemerintah Singapura melatih orang-orang yang terkena dampak pandemi virus corona selama enam hingga sembilan bulan. Mereka akan mendapatkan penataran keterampilan terkait teknologi, khususnya e-commerce.

Berdasarkan laporan Bain & Company, sekitar 40 juta orang di Asia Tenggara baru menggunakan internet tahun lalu. Sekitar 36% di antaranya juga baru mengenal layanan online.

Sebanyak 90% dari mereka berniat untuk terus menggunakan layanan digital bahkan setelah pandemi selesai.

Kepala ekonom di OCBC Bank di Singapura, Selena Ling menyampaikan bahwa Singapura bisa memanfaatkan tren tersebut untuk mendorong ekonomi digital. “Anda harus memiliki populasi yang cukup paham internet, penetrasi seluler yang tinggi (dan) konektivitas internet yang baik dan terjangkau,” katanya.

Untuk menjadi hub e-commerce di Asia, pemerintah Singapura berencana meluncurkan dua jaringan 5G di seluruh negeri pada 2025. Selain itu, meningkatkan kapasitas infrastruktur untuk mengelola pesanan penjualan online skala internasional.

Selena menilai, Singapura memimpin dari sisi penerapan strategi ‘negara pintar’ atau ‘smart country’. Setidaknya memenuhi tiga pilar utama yakni ekonomi, pemerintah, dan masyarakat yang berbasis digital.

“Itu mencakup semua persyaratan untuk strategi e-commerce yang sukses,” ujar Selena.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan