IPO Bukalapak Tak Menjamin Perusahaan Ungguli Shopee dan Tokopedia

Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Katadata/Desy Setyowati
Logo Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee
9/7/2021, 19.00 WIB

Sebelumnya, Direktur Investasi BRI Ventures William Gozali menilai, prospek layanan O2O akan semakin berkembang. “Efek pandemi Corona, startup yang mendorong rantai pasokan (suplai chain), prospeknya masih sangat bagus,” katanya tahun lalu.

Berdasarkan riset perusahaan sekuritas CLSA, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition costs (CACs) melalui mitra warung sekitar 10-20% yakni US$ 2 per pelanggan atau kurang dari Rp 30.000  dibandingkan cara umum. Selain itu, layanan O2O berkontribusi 10% terhadap total pengguna baru di e-commerce. 

Adapun riset Euromonitor International 2018 menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina lebih suka berbelanja di toko kelontong.

Apalagi Bukalapak manyatakan bakal fokus mengembangkan lini bisnis O2O mereka yakni Mitra Bukalapak setelah IPO. "Kami siapkan strategi untuk fokus buka jaringan offline Mitra Bukalapak, terus digitalisasi warung dan berikan infrastruktur tambahan buat mereka," kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin dalam konferensi pers virtual, hari ini (9/7).

Hingga April 2021, Bukalapak berhasil menggaet 8 juta mitra untuk bergabung ke dalam layanan Mitra Bukalapak. Rahmat menyampaikan bahwa saat ini perusahaannya sudah menguasai 40% pasar digitalisasi warung.

Sedangkan, Tokopedia juga telah mengembangkan layanan O2O mereka dengan menggaet jutaan mitra warung pada tahun lalu. Jutaan warung itu telah melayani 50 juta lebih pelanggan sejak layanan O2O diluncurkan pada 2018 lalu. Mitra Tokopedia ini hadir di lebih dari 500 kabupaten/kota.

Perusahaan e-commerce lainnya, Blibli.com juga merambah layanan O2O lewat Click & Collect. Namun mitra yang digaet yakni peretail menengah ke atas seperti Alfamart. Pengguna bisa memesan produk lewat platform dan mengambil barangnya langsung di toko mitra.

Unicorn Tanah Air itu berencana menjual 25,76 miliar saham ke publik atau setara 25% dari total saham, dengan target perolehan dana hingga Rp 21,9 triliun. Dalam prospektusnya, Bukalapak berencana menggunakan 66% dana IPO untuk keperluan modal kerja.

Sementara itu, 15% dana akan digunakan untuk modal kerja entitas anak usaha yakni PT Buka Mitra Indonesia, dan sekitar 15% untuk PT Buka Usaha Indonesia. Sedangkan sisanya akan dibagi rata pada PT Buka Investasi Bersama, PT Buka Pengadaan Indonesia, Bukalapak Pte. Ltd, dan PT Five Jack.

Masa penawaran awal digelar sejak 9 Juli sampai 19 Juli 2021. Lalu, masa penawaran umum perdana saham dijadwalkan pada 28 Juli sampai 30 Juli 2021. Jika berjalan mulus maka pencatatan saham perdana Bukalapak di BEI direncanakan pada 6 Agustus mendatang.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan