Aplikasi Akulaku Paling Banyak Diunduh, Kalahkan Shopee dan Tokopedia

Akulaku, Shopee, dan Tokopedia
Logo Akulaku, Shopee, dan Tokopedia
Penulis: Desy Setyowati
8/3/2022, 16.39 WIB

Akulaku menjadi aplikasi ritel yang paling banyak diunduh di Indonesia tahun lalu, menurut laporan Data.ai. Perusahaan yang identik dengan layanan pinjaman online ini mengalahkan Shopee dan Tokopedia.

Selain penyelenggara teknologi finansial pembiayaan (fintech lending), Akulaku menyediakan layanan e-commerce. Namun Data.ai, yang sebelumnya dikenal dengan App Annie, tidak memerinci jumlah unduhannya.

Data.ai hanya menyebutkan bahwa waktu berbelanja di e-commerce di Indonesia mencapai 5,6 miliar jam sepanjang tahun lalu. Jumlahnya meningkat dibandingkan 2020 3,7 miliar jam.

“Di antara negara-negara dengan pertumbuhan tercepat yakni Indonesia, Singapura dan Brasil. Pertumbuhan masing-masing 52%, 46% dan 45% secara tahunan (year on year/yoy),” kata Data.ai dikutip dari laporan resmi, Selasa (8/3).

Di bawah Akulaku ada MyPoin Indomart, Tokopedia, Mitra Bukalapak, dan Kaya. Posisi keenam yakni ShopeeFood Driver. Lalu JD.ID, Uniqlo ID, Maxim, dan Mokkaya.

Meski begitu, Shopee memimpin dari sisi jumlah pengguna aktif bulanan (MAU). Disusul oleh Tokopedia, Lazada, JD.ID, Maxim, Blibli, dan Tokopedia Seller.

Kemudian MyPoin Indomart, Akulaku, dan Alfagift Alfamart.

Shopee memperkirakan bisa meraup pendapatan US$ 8,9 miliar – US$ 9,1 miliar (Rp 128,3 triliun – Rp 131,1 triliun) tahun ini. Pada 2021, e-commerce ini meraih US$ 5,1 miliar.

“Peningkatannya 75,7% yoy dibandingkan 2021,” kata perusahaan dalam keterangan resmi, pekan lalu (1/3). Ini artinya, pertumbuhan pendapatan Shopee melambat dibandingkan 2021 136,4%.

Sepanjang tahun lalu, pesanan kotor Shopee 6,1 miliar atau naik 116,5%. Nilai transaksi bruto atau GMV meningkat 76,8% menjadi US$ 62,5 miliar atau Rp 900,8 triliun.

“Kami mengharapkan Shopee mencapai EBITDA positif yang disesuaikan sebelum alokasi biaya, di Asia Tenggara dan Taiwan tahun ini. Lalu SeaMoney mencapai arus kas positif tahun depan,” ujar Chief Executive Officer Sea Grup Forrest Li.

“Kami percaya bahwa pada 2025, uang tunai yang dihasilkan oleh Shopee dan SeaMoney secara kolektif akan memungkinkan kedua bisnis ini mendanai sendiri pertumbuhan jangka panjang mereka secara substansial,” tambah dia.

Secara keseluruhan, Sea Group mencatatkan peningkatan pendapatan 127,5% dari US$ 4,4 miliar pada 2020 menjadi hampir US$ 10 miliar (Rp 143,9 triliun) tahun lalu. Namun kerugiannya membengkak 17,9% yoy dari US$ 1,3 miliar pada 2020 menjadi US$ 1,5 miliar (Rp 21,6 triliun) tahun lalu.

Sedangkan laba kotor naik 188,8% menjadi US$ 3,9 miliar. “Kami akan terus berfokus pada posisi terbaik Sea dalam jangka panjang untuk melayani kebutuhan generasi digital-native yang terus berkembang pesat,” ujar dia.