Pasar Startup E-Commerce Indonesia Lebih Potensial daripada Singapura

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu situs belanja daring di Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Penulis: Desy Setyowati
28/6/2022, 11.25 WIB

Indonesia memimpin dari sisi jumlah konsumen e-commerce yang berbelanja melalui ponsel. Sedangkan perkembangan pangsa traffic mobile di Singapura naik tipis, meski memiliki dua unicorn e-commerce yakni Shopee dan Lazada.

Berdasarkan laporan iPrice bertajuk ‘Perilaku Belanja Online Indonesia’ 2021/2022, 94% pelanggan e-commerce menggunakan smartphone untuk mencari produk. Angka ini meningkat 16% dari periode 2016/2017.

“Hal ini kemungkinan didorong oleh fakta bahwa setengah dari 278 juta penduduk Indonesia berusia di bawah 30 tahun,” kata iPrice dalam keterangan pers, Selasa (28/6). “Kami melihat pergerakan e-commerce yang kuat menuju dunia mobile-only.”

iPrice menilai, tujuh ‘unicorn’ e-commerce Indonesia turut berperan dalam mengubah perilaku belanja konsumen. “Optimisasi situs untuk perangkat yang lebih kecil dan peluncuran aplikasi mendorong jutaan orang beralih menuju platform mobile,” ujar perusahaan.

Sedangkan perkembangan traffic e-commerce di Singapura yang menggunakan ponsel naik tipis dari 70% pada 2016/2017 menjadi 71,95% pada 2021/2022.

Rincian traffic e-commerce menggunakan ponsel di Asia Tenggara sebagai berikut:

  • Indonesia 81% (2016/2017) naik 16% menjadi 94% (2021/2022)
  • Thailand 74% (2016/2017) naik 4,66% pada 2021/2022
  • Filipina 71% (2016/2017) naik 4,44% pada 2021/2022
  • Singapura 70% (2016/2017) naik 1,95% menjadi 71,95% (2021/2022)
  • Malaysia 69% (2016/2017) naik 8,4% pada 2021/2022
  • Vietnam 65% (2016/2017) naik 14,97% menjadi 79,97% (2021/2022)

Laporan itu berdasarkan penelitian terhadap aktivitas 125 juta pengguna di seluruh website iPrice Group pada 1 Januari 2021 hingga 30 April 2022.

Dikutip dari Insider Intelligence, generasi melek digital yang juga mobile-centric memiliki kecenderungan sebagai berikut:

  • Sangat terhubung dengan media sosial
  • Berbelanja melalui layar yang kecil
  • Menggunakan aplikasi mobile payment dengan antusias
  • Mobile shoppers juga cenderung membeli barang dua kali lebih besar dibandingkan dengan pengguna desktop. Porsinya melonjak dibandingkan periode 2016/2017, ketika pembelian berbasis desktop hampir tiga kali lebih besar daripada mobile.

Di Indonesia, pengguna layanan e-commerce masif beralih ke ponsel. Berdasarkan laporan Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2021, hampir 15 juta orang Indonesia di daerah non-perkotaan menggunakan layanan berbasis internet untuk pertama kalinya pada paruh pertama 2021.

Jangkauan internet yang lebih luas, akses ke smartphone yang lebih mudah dan terjangkau, menjadi kunci utama pertumbuhan penetrasi mobile internet di Indonesia.

Survei We Are Social Indonesia mengungkapkan, 96% responden memiliki gawai pintar. Sedangkan yang mempunyai komputer desktop atau laptop 67%.

Sebagai salah satu pengguna awal e-wallet di Asia Tenggara, konsumen Indonesia juga lebih percaya diri dalam melakukan pembelian melalui sistem pembayaran mobile.

“Perubahan mendasar dalam preferensi gaya hidup sehari-hari ini tentunya akan memacu terbentuknya generasi ’mobile-only’,” kata iPrice.

“Momentum ini dapat menjadi katalis bagi para pebisnis untuk membuka peluang dan model bisnis baru misalnya, dengan menerapkan taktik marketing seperti fitur e-wallet eksklusif atau kupon dan promosi yang hanya tersedia di perangkat mobile,” tambah iPrice.