Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan akan segera menyiapkan aturan guna mengendalikan niaga elektronik atau e-commerce berbasis media sosial melalui kementerian terkait.
Menurut Jokowi, aktivitas e-commerce di media sosial harus diatur karena bisa berdampak pada perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta aktivitas perekonomian di pasar Indonesia.
“Ini baru disiapkan, itu kan lintas kementerian dan ini memang baru difinalisasi di Kementerian Perdagangan,” ujar Jokowi dalam keterangannya usai meninjau penanganan Inpres Jalan Daerah (IJD) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada Sabtu (23/9).
“Karena kita tahu itu berefek pada UMKM, kepada produksi di usaha kecil, usaha mikro, dan pada pasar. Ada pasar, di beberapa pasar mulai anjlok menurun karena serbuan,” ujar Jokowi.
Kepala Negara juga menyebut bahwa regulasi yang sedang dirancang tersebut akan mengatur antara media sosial dan platform perdagangan atau ekonomi.
“Mestinya dia itu sosial media bukan ekonomi media, itu yang baru akan diselesaikan untuk segera diatur,” tandasnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menargetkan revisi Peraturan Menteri Perdagangan no. 50 tahun 2020 akan rampung bulan ini. Revisi Permendag tersebut akan mencantumkan sejumlah aturan terkait social commerce seperti TikTok Shop.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Isy Karim menyampaikan draf revisi beleid tersebut kini berada di Kementerian Sekretariat Negara. Artinya, draf tersebut telah disetujui oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan melalui proses harmonisasi oleh Kementerian Hukum dan HAM.
"Drafnya sudah sampai ke Presiden, tunggu saja. Nanti setelah keluar izin dari presiden dan prakarsa dari presiden, Pak Mendag tanda tangan lagi," kata Isy di SMESCO Convention Hall, Kamis (21/9).
Fenomena UMKM Sepi Pengunjung
Perdagangan di Pasar Tanah Abang dan ITC Permata Hijau terlihat sepi meskipun pandemi Covid-19 telah reda. Menyiasati penjualan yang rendah, beberapa pedagang beralih jualan live streaming untuk menutupi biaya operasional toko.
Pemilik toko pakaian wanita Nara Fashion Nadya (22 tahun) di Pasar Tanah Abang Blok B mengatakan dirinya sudah berjualan live streaming sejak enam bulan lalu. Ia memutuskan untuk berjualan online karena penjualan di tokonya sepi.
"Saya mencoba live, setidaknya mencari pelanggan baru biar jadi pelanggan," kata Nadya kepada Katadata.co.id, Jumat (15/9).
Pakar Marketing dan Managing Partner Inventure Yuswohady mengatakan, pedagang luring atau offline, termasuk di Tanah Abang, mau tidak mau harus mengikuti tren. Salah satu promosi yang sedang populer yakni berjualan secara live streaming.
“Kalau tidak adopsi social commerce, aktivitas pedagang akan mati. Harus hybrid, antara offline dan online,” kata Yuswohady dalam acara Polemik bertajuk ‘Nasib UMKM di Tengah Gemerlap Social Commerce’, Sabtu (16/9).
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyoroti belum ada strategi nasional yang perlu disiapkan dalam proses transformasi digital, mulai dari produksi hingga promosi. Ia menjelaskan, transformasi digital di Indonesia hanya berkembang di sektor perdagangan yakni e-commerce.
“Bukan di sektor produksi,” Teten menambahkan.
UMKM Indonesia tak didukung rantai pasok yang mumpuni dan berbasis teknologi. Padahal seingatnya, Presiden Jokowi sudah lama mengingatkan kementerian dan swasta untuk mengadopsi teknologi seperti kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) guna menggenjot produksi.
“Tidak ada yang mewujudkan bagaimana teknologi digital diaplikasikan ke sistem produksi nasional, industri manufaktur, pertanian, agro maritim, kesehatan dan lainnya,” ujar Teten.
Alhasil, produksi nasional kalah dibandingkan produk impor yang lebih murah karena produksinya lebih efisien dan berkualitas.
“Akibatnya transformasi digital di Indonesia tidak melahirkan ekonomi baru, hanya membunuh ekonomi lama. Kue ekonomi tidak bertambah, tapi faktor pembaginya semakin banyak,” Teten menambahkan.