Tiga Strategi Asosiasi Fintech Tingkatkan Penyaluran Pinjaman di 2020

Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA
Ilustrasi, (ki-ka) Sri Mulyani Menteri Keuangan Indonesia, Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Triyono Gani, Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia dan moderator dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center,  Jakarta (23/9). 
31/12/2019, 18.57 WIB

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyiapkan tiga strategi guna meningkatkan penyaluran pinjaman tahun depan. AFPI memperkirakan, penyaluran pinjaman oleh perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) tumbuh 50% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2020.

Strategi pertama, gencar menyasar milenial. "Tahun ini memang sudah sosialisasi ke kampus. Tapi intensitasnya lebih besar lagi tahun depan," kata Ketua Harian AFPI Kuseryansyah kepada Katadata.co.id, hari ini (31/12).

Berdasarkan catatan AFPI, sekitar 60% pengguna fintech lending merupakan milenial baik sebagai pemberi pinjaman (lender) maupun peminjam (borrower). Karena itu, AFPI bakal meningkatkan sosialisasi guna menyasar lebih banyak pengguna usia muda.

(Baca: Asosiasi, Polri, OJK Sebut Perlu UU Fintech Atasi Kredit Online Ilegal)

Kedua, berkolaborasi dengan perbankan dan institusi keuangan lainnya. Tahun ini, beberapa bank juga sudah bekerja sama dengan fintech lending melalui channeling. Contohnya, Bank Permata menyalurkan pinjaman atau channeling lewat Amartha dan Kredivo.

Tahun depan, AFPI mendorong anggotanya untuk memperbanyak kerja sama dengan perusahaan keuangan lainnya termasuk koperasi. Kuseryansyah optimistis hal itu dapat terwujud, karena kebutuhan pinjaman yang belum terpenuhi (credit gap) mencapai sekitar Rp 1.000 triliun per tahun.

“Tidak mungkin kekosongan itu digarap sendiri. Harus gotong royong dengan bank dan institusi keuangan lainnya," ujar Kuseryansyah. (Baca: Akseleran & Koinworks Direstui OJK, Ini Daftar 25 Fintech P2P Berizin)

Strategi ketiga, berkolaborasi dengan fintech lending di negara lain. "Kami undang juga pemain dari luar negeri yang punya kecanggihan teknologi. Mereka juga bisa bawa uang masuk ke Indonesia," katanya. 

Ia juga mendorong anggota AFPI merambah pasar luar negeri. PT Investree Radhika Jaya (Investree) misalnya, sudah beroperasi di Vietnam. Perusahaan tersebut juga berencana masuk ke pasar Filipina dan Thailand tahun depan.

AFPI memproyeksikan, penyaluran pinjaman oleh fintech lending tumbuh minimal 50% pada tahun depan. Pada 2019, pertumbuhannya lebih dari 200%. Sedangkan pada 2018, penyaluran pinjaman tumbuh 800%.

(Baca: Incar UMKM Filipina, Fintech Investree Bakal Gaet Mitra Lokal di 2020)

Saat ini, ada 144 fintech lending mendapatkan tanda terdaftar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dari jumlah tersebut, 25 di antaranya sudah memperoleh izin.

Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi mencatat, fintech lending sudah menyalurkan pinjaman Rp 75 triliun per November 2019. Jumlah peminjam meningkat 300% menjadi 17,5 juta orang.

"Tingkat pertumbuhan ini menunjukkan masih tingginya kebutuhan akses pendanaan yang mudah dan cepat. Bukan hanya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), tetapi juga kelompok masyarakat lain yang butuh akses pendanaan tak terduga atau mendadak," kata Hendrikus.

(Baca: Investor Masih Minati Fintech Tahun Depan, tapi Makin Selektif)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan