Financial technology (fintech) pembayaran menjadi salah satu yang berkembang pesat di Indonesia. Namun, dua riset menyebutkan bahwa PT Dompet Anak Bangsa (Go-Pay) memimpin pasar di Tanah Air.
Kedua riset itu adalah kajian dari lembaga riset independen di bawah naungan Financial Times, FT Confidential Research Mobile Payment dan laporan Fintech 2018 dari DailySocial bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Riset FT Confidential Research Mobile Payment menyebutkan, Go-Pay yang merupakan bagian dari ekosistem Gojek memimpin pasar. Sebab, jumlah penggunanya mencapai hampir tiga perempat dari total pengguna uang elektronik.
Menanggapi hal itu, CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo menyampaikan, pada dasarnya masyarakat Indonesia butuh pendekatan yang komprehensif untuk mengadopsi pembayaran secara digital. "Upaya ini terus kami dorong secara berkelanjutan dengan memberdayakan masyarakat dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (22/1).
(Baca: Wawancara CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo )
Ia ingin membangun ekonomi Indonesia dari bawah melalui UMKM. Untuk itu, 40% dari 240 ribu mitra Go-Pay saat ini merupakan UMKM. "Sebagai produk keuangan asli Indonesia, kami ingin mempermudah akses layanan keuangan bagi jutaan keluarga di Tanah Air terutama masyarakat yang memiliki akses terbatas terhadap layanan keuangan formal," kata dia.
Pembayaran non tunai terutama yang terkait aktivitas sehari-hari merupakan langkah pertama yang disasar Go-Pay untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan jasa keuangan digital. Caranya, dengan merangkul mitra rekan usaha termasuk UMKM untuk mengadopsi transaksi non tunai.
Kemudian, laporan Fintech 2018 DailySocial menyebutkan, 79,4% dari 1.419 responden menggunakan Go-Pay. Sementara OVO dari PT Visionet Internasional (OVO) digunakan oleh 58,4% responden dan aplikasi pembayaran milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), TCash mendapat 55,5% suara.
(Baca: Gojek Gandeng Startup Blockchain untuk Hadirkan Go-Pay di Filipina)
Sebanyak 70,63% responden mengaku paham mengenai layanan keuangan digital. Ada tujuh alasan mereka menggunakan layanan keuangan digital, yakni kemudahan dalam penggunaan (74,9%); simpel (71%); efisiensi waktu (62,7%); tidak perlu repot pergi ke bank (48,9%); lebih aman (36,4%); adanya promo dan insentif (36,4%); serta, pengelolaan yang lebih baik (29,8%).
Menurut Aldi, selain kemudahan, kepercayaan merupakan kunci agar Go-Pay cepat diadopsi oleh masyarakat Indonesia, terutama UMKM. Adapun data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menunjukkan, UMKM menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan serapan tenaga kerja mencapai 97,2%.
Atas dasar itu lah, ia percaya bahwa akar pertumbuhan ekonomi terbesar adalah UMKM. "Untuk itu kami terus berupaya untuk membantu dan mendorong UMKM untuk mulai terbiasa dengan sistem pengaturan keuangan secara digital," katanya. Caranya, Go-Pay membangun kepercayaan UMKM akan sistem pembayaran digital.
(Baca: Go-Pay Jadi Fintech Pembayaran Paling Populer 2018 di Indonesia)
Ke depan, Go-Pay menargetkan agar semakin banyak masyarakat dan UMKM yang menggunakan layanan GO-PAY, sehingga semakin cepat akselerasi ekonomi dari bawah. "Kami merasa sangat bangga dengan respons luar biasa dari masyarakat yang menempatkan Go-Pay sebagai uang elektronik yang paling banyak digunakan di Indonesia," ujarnya.