Adu Strategi GoPay, OVO, hingga DANA Membidik Konsumen Daerah

Aleksandr Khakimullin/123rf
Penulis: Desy Setyowati
28/10/2020, 12.50 WIB

"Kami ingin menjadi penyedia pembayaran digital yang digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk segala jenis kebutuhan," kata Cindy kepada Katadata.co.id, Rabu (28/10). "Kami mengupayakan kolaborasi strategis untuk memudahkan pembayaran digital pada usaha lokal milik masyarakat daerah."

Sebelumnya, ia menyampaikan bahwa perusahaan punya tiga strategi untuk meraih lebih banyak pengguna. Pertama, menggaet lebih banyak mitra penjual. Kedua, membangun ekosistem yang berkelanjutan.

Terakhir, gencar promosi atau dikenal dengan 'bakar uang'. “Ke depan, kami terus menghadirkan program-program menarik,” kata dia kepada Katadata.co.id, pada September lalu (7/9).

Berdasarkan riset KIC, 29,2% responden menyampaikan bahwa layanan ShopeePay belum tersedia di daerahnya. Kemudian, 26,7% menyatakan hal serupa terkait LinkAja.

Pada pertengahan tahun lalu, direksi LinkAja menyampaikan bahwa layanannya tersedia untuk pengguna ponsel lawas (feature phone) melalui Unstructured Supplementary Service Data (USSD) *800#. Namun ini baru tersedia bagi pelanggan Telkomsel.

Selain itu, LinkAja memanfaatkan laku pandai milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) untuk menyasar pengguna di daerah. Fintech berpelat merah itu juga meluncurkan layanan syariah pada April lalu.

Berdasarkan riset iPrice dan App Annie, GoPay dan OVO menempati peringkat teratas pada kuartal II. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:

                                 

Namun, berdasarkan survei Snapcart dan MarkPlus, ShopeePay unggul dari sisi nilai maupun frekuensi transaksi selama Juni hingga Agustus. Ini tecermin pada Databoks berikut:

Meski begitu, riset KIC bertajuk ‘Literasi Pembayaran Digital’ menunjukkan bahwa 50,3% responden menggunakan ATM dalam tiga bulan terakhir. Kemudian 14,1% rekening bank, 3,1% mobile dan 1,3% internet banking.

Layanan perbankan masih mendominasi penggunaan dibandingkan dompet digital. Secara rinci, 1,5% menggunakan GoPay untuk periode yang sama, 0,9% OVO, 0,8% ShopeePay, 0,4% DANA, dan 0,2% LinkAja.

Berdasarkan kajian Google, Temasek dan Bain pada tahun lalu menunjukkan, nilai dari layanan keuangan digital di Asia Tenggara diproyeksi US$ 38 miliar sampai US$ 60 miliar (Rp 554,2 triliun-Rp 875 triliun) per tahun pada 2025. Ini mencakup bank, penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP), asuransi, manajemen aset hingga fintech.

Sedangkan khusus untuk Indonesia bisa terlihat pada Databoks berikut:

Sedangkan data Statista, 70,1% dari total penduduk Tanah Air diperkirakan menggunakan ponsel pintar (smartphone) pada tahun ini. Angka ini menunjukkan besarannya peluang pasar dompet digital di daerah.

Apalagi, berdasarkan riset KIC, generasi Z paling banyak menggunakan dompet digital. Sedangkan generasi milenial memakai beragam layanan non-tunai.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan