Kredit Fintech Modalku, Akseleran, Akulaku Naik hingga 100% Tahun Lalu

Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA
(ki-ka) Sri Mulyani Menteri Keuangan Indonesia, Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Triyono Gani, Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia dan moderator dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center,  Jakarta (23/9/2019).
18/1/2021, 18.14 WIB

Perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Modalku, Akseleran, dan Akulaku mencatatkan peningkatan penyaluran pinjaman hingga dua kali lipat pada tahun lalu. Sektor yang diincar yakni pedagang online di e-commerce dan kesehatan.

Penyaluran pinjaman oleh Modalku tumbuh dua kali lipat lebih atau 100% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 20 triliun pada tahun lalu. Sedangkan, jumlah transaksi mencapai 3,5 juta kali se-Asia Tenggara. 

Co-Founder sekaligus COO Modalku Iwan Kurniawan mengatakan, penyaluran pinjaman tetap naik karena Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merambah ekosistem digital saat pandemi Covid-19. Selain itu, pemahaman masyarakat terkait layanan teknologi seperti fintech meningkat.

“Penetrasi digital yang terus meningkat menjadi potensi bagi bisnis Modalku. Masyarakat jadi lebih paham mengenai manfaat fintech," kata Iwan dikutip dari siaran pers, Senin (18/1).

Lebih dari 80% pinjaman disalurkan kepada pengusaha online, terutama sektor fast moving consumers good (FMCG). Ini karena masyarakat tetap membeli kebutuhan sehari-hari, meski ada pandemi corona.

Modalku juga mencatat, penyaluran pinjaman untuk industri kesehatan meningkat selama pagebluk virus corona.

Fintech lainnya, Akseleran juga mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit 35% yoy selama tahun lalu, sehingga akumulasinya mencapai Rp 960 miliar. “Per Desember, kami mengalami kenaikan pinjaman bulanan hingga 60% yoy," kata Co-Founder sekaligus CEO Akseleran Ivan Tambunan dikutip dari siaran pers.

Ivan mengatakan, pada awal pandemi, pertumbuhan penyaluran pinjaman sempat melambat. Performa kembali naik pada Juni hingga Desember 2020.

Akseleran telah melayani sekitar 2.500 pelaku UMKM di 23 provinsi. Selain itu menggaet 150 ribu  pemberi pinjaman (lender) individu dan 10 institusi.

Fintech lending lainnya yakni Akulaku juga mencatatkan pertumbuhan penyaluran pinjaman. Transaksi kredit pembelian kategori produk elektronik, busana pria, dan furnitur meningkat lebih dari 100%.

Volume pesanan produk furnitur pun melonjak lebih dari 650% pada November-Desember 2020. Direktur Akulaku Silvrr Indonesia Herryson menilai, pertumbuhan permintaan kredit ini terjadi karena pandemi mengubah gaya hidup masyarakat.

Ia mengatakan, pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih banyak meluangkan waktu di rumah. "Permintaan terhadap berbagai produk UMKM dengan kualitas bersaing pun naik signifikan," ujar Herryson dikutip dari siaran pers.

Akulaku juga mencatatkan pertumbuhan jumlah mitra (merchant). Pada kategori busana pria, peningkatannya enam kali lipat. Lalu, dua kali lipat untuk bidang furnitur dan produk elektronik.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mencatat, akumulasi penyaluran pinjaman oleh fintech lending tumbuh 96,19% yoy menjadi Rp 146,2 triliun per November 2020. Sedangkan outsanding atau yang masih berjalan mencapai Rp 14,1 triliun.

Sedangkan data per Oktober 2020 dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Pertumbuhannya melambat dibandingkan 2019 yang mencapai 228,8% yoy. Meski begitu, “industri ini menunjukkan pertumbuhan lebih cepat pada 2021 dibandingkan 2020. Tapi tetap tidak seperti 2017 hingga 2019," ujar Deputi Direktur Pengaturan Penelitian dan Pengembangan Fintech OJK Munawar Kasan dalam acara Diskusi Publik Menatap Masa Depan Fintech dan UMKM 2021, akhir tahun lalu (15/12/2020).

Sedangkan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menargetkan penyaluran pinjaman Rp 86 triliun pada tahun ini. Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan target 2020 sebesar Rp 65 triliun, yang menurun dari rencana awal Rp 86 triliun.

Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah optimistis, target tersebut bisa tercapai pada 2021 meski masih ada pandemi Covid-19. "Ini angka realistis yang dapat kami wujudkan," katanya saat konferensi pers virtual bertajuk ‘Outlook Industri Peer to Peer Lending 2021’, akhir tahun lalu (7/12/2020).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan