Harga bitcoin sempat menyentuh US$ 58.278 atau Rp 822,3 juta per koin pada hari ini. Analis memperkirakan, harga mata uang kripto (cryptocurrency) itu segera melampaui Rp 1 miliar.
Coindesk mencatat, harga bitcoin melonjak 500% selama setahun terakhir. CEO Indodax Oscar Darmawan menilai bahwa peningkatan ini terjadi karena tingginya permintaan dari segmen korporasi dan konglomerat.
“Korporasi, konglomerat, dan orang-orang masih akan membeli bitcoin,” kata Oscar kepada Katadata.co.id, Senin (22/2). “Bitcoin kan bisa dimiliki dengan pecahan terkecil p 10 ribu.”
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa bitcoin, sebagaimana portofolio investasi lainnya, harganya bisa saja turun.
Pada 2017, harga bitcoin juga sempat melonjak dan menyentuh rekor. Namun, harganya melorot tajam dari US$ 19.829 menjadi di bawah US$ 4.000 dalam setahun.
Namun, beberapa analis memperkirakan fenomena seperti itu tidak akan terjadi tahun ini. Alasannya, penguatan harga bitcoin kali ini dinilai karena investor institusi, sementara pada 2017 didorong oleh spekulan.
Pada awal Februari lalu misalnya, produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla membeli bitcoin US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun. Ini menambah daftar korporasi yang berminat terhadap bitcoin seperti PayPal, Fidelity Investments, Squared, Microstrategy, Square, JP Morgan, dan Bank of America.
"Ada sejumlah alasan mengapa bitcoin melonjak, tetapi yang paling menonjol yakni tren yang dimulai dari Tesla," kata kepala perdagangan di jaringan blockchain NEM Nicholas Pelecanos dikutip dari Forbes, akhir pekan lalu (20/2).
Beberapa cuitan CEO Tesla Elon Musk di Twitter juga memicu peningkatan harga mata uang kripto tersebut. "Uang hanyalah data yang memungkinkan untuk menghindari ketidaknyamanan barter. Bisa dikatakan, bitcoin dan etherium memang terlihat tinggi,” kata dia dikutip dari Reuters.
Pada Januari lalu, JP Morgan menilai bahwa harga bitcoin berpeluang mencapai US$ 146 ribu atau Rp 2 miliar tahun ini. "Ini berdasarkan penyamaan kapitalisasi pasar bitcoin dengan emas untuk tujuan investasi," kata JP Morgan dikutip dari CNBC Internasional, Januari lalu (4/1).
Namun, belakangan ini, para analis JP Morgan mengatakan bahwa bitcoin merupakan lindung nilai yang buruk atas penurunan harga ekuitas. Harga bitcoin saat ini jauh di atas perkiraan JP Morgan tentang nilai wajar.
"Aset kripto terus menempati peringkat sebagai lindung nilai termiskin untuk penarikan utama dalam ekuitas, dengan manfaat diversifikasi yang dipertanyakan pada harga yang jauh di atas biaya produksi. Korelasi dengan aset siklis meningkat karena kepemilikan kripto diarusutamakan," kata analis JP Morgan, dikutip dari Reuters, akhir pekan lalu (19/2).
Cryptocurrency dinilai sebagai emas digital yang dapat menjadi lindung nilai dari inflasi dan penurunan dolar AS. Berdasarkan logika ini, bitcoin perlu naik hingga menjadi US$ 146 ribu dalam jangka panjang.
“Hal itu agar kapitalisasi pasarnya sama dengan total investasi sektor swasta dalam emas melalui dana yang diperdagangkan di bursa atau batangan dan koin,” kata JP Morgan.
Sedangkan analis senior Citibank Thomas Fitzpatrick memperkirakan, harga bitcoin mencapai US$ 318 ribu atau Rp 4,4 miliar per koin pada akhir tahun ini. Ini merujuk pada grafik mingguan dan menggunakan analisis teknis.
Secara jangka panjang, Morgan Creek Digital Assets memprediksikan harga bitcoin mencapai US$ 1 juta setara Rp 14,1 miliar per koin dalam kurun waktu satu dekade. "Saya pikir bitcoin pada akhirnya akan menjadi mata uang cadangan global," kata pendiri dan partner Morgan Creek Digital Assets Anthony Pompliano dikutip dari CNBC Internasional, pekan lalu (17/2).