Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS), Tesla tercatat menjual bitcoin US$ 272 juta atau Rp 3,9 triliun dalam sepekan. Hasil penjualan mata uang kripto (cryptocurrency) ini, produsen mobil listrik itu untung US$ 101 juta atau Rp 1,4 triliun.
CFO Tesla Zach Kirkhorn mengatakan, laba bersih kuartalan menyentuh rekor US$ 438 juta atau Rp 6,3 triliun selama tiga bulan pertama tahun ini. Biasanya, laba didorong oleh penjualan produk ramah lingkungan.
Pada kuartal pertama tahun ini, penjualan bitcoin menjadi salah satu faktor penghasil laba Tesla. “Ini berdampak positif US$ 101 juta," kata Kirkhorn dalam laporan keuangan, dikutip dari Coindesk, Selasa (274).
Perusahaan milik Elon Musk itu membeli bitcoin US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun pada Februari (8/2). Saat itu, harganya sekitar US$ 47.031 atau Rp 658,6 juta per koin. Harga mata uang kripto ini sempat menyentuh rekor US$ 64.747 atau Rp 942 juta pada medio April (14/4).
Kirkhorn mengatakan, Tesla berinvestasi di bitcoin untuk mendapatkan hasil atas kelebihan uang tunai, dengan suku bunga rendah.
Apalagi, perusahaan menghadapi krisis rantai pasok global seperti kekurangan cip (chipset) atau kapasitas pelabuhan kapal. Pasar bitcoin dinilai likuid dan punya potensi ke depan.
Oleh karena itu, Tesla masuk ke pasar bitcoin. Kirkhorn mengatakan, terlepas dari persepsi bitcoin sebagai aset berisiko, Tesla akan terus mengakumulasi bitcoin melalui transaksi pelanggan.
Seiring langkah Tesla menjual bitcoin, arus keluar mata uang kripto ini mencapai US$ 21 juta atau sekitar Rp 304 miliar sepanjang pekan lalu. Ini merupakan aksi jual mingguan terbesar, berdasarkan data CoinShares.
Sedangkan arus masuk pada pekan lalu hanya US$ 1,3 juta atau Rp 18,8 miliar. Ini aksi beli mingguan yang terendah sejak Oktober 2020.
CoinShares mencatat, arus keluar bitcoin minggu lalu setara 0,05% dari aset mata uang kripto yang dikelola. Sedangkan arus masuk mingguan tahun ini rata-rata 0,6%.
Total aset yang dikelola pun turun dari US$ 64,2 miliar pada pertengahan April menjadi US$ 54,3 miliar minggu lalu.
"Kami melihat investor mengalihkan dana dari bitcoin, di tengah beberapa perkembangan istimewa minggu lalu," kata Kepala Riset Pasar Global di Forex.com dan City Index Matt Weller dikutip dari Reuters, Selasa (27/4).
Akibat maraknya aksi jual itu, harga bitcoin sempat jatuh ke level US$ 47.467 pada akhir pekan lalu (23/4). Ini merupakan nilai terendah sejak Maret 2021. Harga mata uang kripto ini anjlok 11,3% sepanjang pekan lalu atau hampir 25% dibandingkan pertengahan April.
Pekan ini, harga bitcoin mulai meningkat. Berdasarkan data Coindesk, harganya sempat menyentuh US$ 54.028 pada Siang ini (27/4).
Direktur eksekutif di bursa cryptocurrency CEX.IO Konstantin Anissimov menilai, harga bitcoin kembali meningkat karena kekhawatiran investor atas kebijakan capital gain di AS menurun.
"Bitcoin telah melewati era di mana koreksi harga dapat menimbulkan kepanikan untuk siklus penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Anissimov dikutip dari CNN Internasional, Selasa (27/4). "Lalu sekarang, investor mulai berdamai dengan berbagai ketakutan."