Survei dari perusahaan perangkat lunak pemantauan blockchain DEXterlab menunjukkan, lebih dari separuh pembeli NFT alias non-fungible token mengalami kerugian. Meski begitu, aset digital sejenis kripto ini tetap dinilai potensial.
NFT merupakan aset digital yang menggambarkan objek asli seperti karya seni, musik, atau item yang terdapat pada video dan game. Aset digital ini tidak dapat digandakan atau diganti.
DEXterlab melakukan jajak pendapat kepada lebih dari 1.300 responden di Twitter tentang kebiasaan membeli NFT sejak akhir Mei hingga awal Juni. Ini untuk mengetahui alasan mereka membeli aset digital itu.
Hasilnya, ada sekitar 64% responden mengatakan bahwa alasan utamanya yakni menghasilkan uang atau investasi. Sebab, NFT memiliki karakteristik unik dan bervariasi dari sisi kelangkaannya. Ini yang menjadikan NFT sebagai aset berharga.
Pembuat Blocksmith Labs misalnya, pertama kali meluncurkan koleksi NFT pada Maret dengan harga minimum 5 SOL. Pembelinya berhasil menjual kembali dengan nilai 130 SOL atau meningkat 26 kali lipat dalam waktu tiga bulan.
Akan tetapi, tidak semuanya mendapatkan untung setelah membeli NFT. "Kurang dari 42% responden yang menghasilkan keuntungan dari pembelian NFT sejauh ini," kata DEXterlab dikutip dari Cointelegraph, Senin (13/6).
Lebih dari 58% responden justru merugi.
DEXterlab menyebutkan bahwa banyak pembeli yang masih tidak mendapatkan nilai NFT sesungguhnya. Orang-orang juga tidak melihat kegunaan dari NFT.
Sedangkan, orang-orang tersebut mengalami kerugian karena tidak melakukan penelitian yang menyeluruh.
"Saat membeli NFT, pastikan tujuan NFT tertentu dan nilai yang dapat diberikannya kepada Anda," kata DEXterlab.
DEXterlab juga mengungkapkan bahwa 15% membeli NFT karena ingin menjadi bagian dari komunitas. Sedangkan 12,4% lainnya ingin menjadi kolektor aset digital. Lalu, 8,6% untuk mendapatkan akses ke gim.
Banyaknya orang-orang yang mengalami kerugian setelah membeli NFT terjadi seiring dengan anjloknya perdagangan kripto di pasar. Perusahaan kripto The Block mencatat bahwa penjualan NFT mingguan mengalami penurunan lebih dari 70% pada Mei 2022.
Padahal, NFT mencatatkan rekor tertinggi penjualan hampir satu juta unit pada pekan ketiga 2022.
DappRadar juga mencatat bahwa volume perdagangan NFT turun 20% pada Mei dibandingkan dengan April. "Penurunan volume penjualan NFT bukanlah hal baru, tetapi semakin parah dalam beberapa pekan terakhir," demikian dikutip dari laporan TechCrunch, pekan lalu (9/6).
Menurut laporan TechCrunch, kondisi itu memperkuat argumen bahwa pasar kripto atau web3.0 berada dalam periode koreksi atau ada pada musim dingin.
Meski begitu, laporan TechCrunch mencatat bahwa pasar NFT tetap menjanjikan. Perusahaan pengembang NFT pun banyak mencatatkan pendanaan.
Glow Labs misalnya, mengumpulkan dana US$ 4,15 juta sebagai modal awal untuk proyek terkait NFT pada April 2022. "Pendanaan ini membantu pembuat NFT menerapkan kontrak cerdas tanpa pengkodean yang diperlukan dalam hitungan detik. Ini memungkinkan mereka membuat penawaran loyalitas yang disesuaikan tanpa banyak kerumitan,” kata Glow Labs.
Kemudian Americana mengumpulkan dana US$ 6,9 juta pada awal Mei. Dana segar ini untuk membantu kreator mengubah barang fisik seperti pakaian jalanan, koleksi, mobil, dan karya seni menjadi NFT.
Lalu, Zora Labs mengumpulkan dana US$ 50 juta pada Mei. Pendanaan ini dimanfaatkan untuk pengembangan pasar dan koleksi NFT.