Perusahaan terkait mata uang kripto (cryptocurrency) mengalami kesulitan membayar listrik hingga ada yang bangkrut. Ini terjadi di tengah harga kripto yang terus anjlok.

Yang terbaru, hedge fund kripto global Three Arrows Capital mengajukan kebangkrutan ke pengadilan federal di Manhattan, Amerika Serikat (AS). Perusahaan kripto ini bangkrut karena krisis likuiditas dalam ekosistem kripto. 

Perusahaan itu gagal membayar utang, sehingga mengalami krisis likuiditas. Three Arrows Capital kehilangan sekitar US$ 400 juta selama krisis likuiditas ini.

“Runtuhnya Three Arrows Capital memicu jatuhnya banyak perusahaan lain di seluruh ruang kripto,” kata analis GlobalBlock Marcus Sotiriou dikutip dari Business Insider, Senin (4/7).

Kemudian, perusahaan hosting kripto, Compass Mining kehilangan salah satu fasilitas yang berbasis di Maine, AS. Sebab, pemilik tempat hosting Dynamics Mining ini mengakhiri perjanjian dengan Compass Mining.

Dynamics juga mengklaim bahwa Compass gagal membayar tagihan listrik yang diperlukan. Perusahaan menuduh Compass memiliki enam pembayaran terlambat terkait tagihan utilitas dan biaya hosting.

Menurut Dynamics, tagihan konsumsi daya mencapai US$ 1,2 juta. Sedangkan Compass hanya membayar sekitar US$ 665 ribu. 

Compass mengklaim telah memberikan uang yang diperlukan untuk tagihan itu. Tetapi Dynamics menuduh, uang itu digunakan untuk membangun fasilitas lain sebagai gantinya.

Compass Mining merupakan perusahaan hosting kripto yang menyediakan fasilitas penambangan bernama ASIC. Para penambang kripto bisa memakai perangkat keras dari Compass Mining untuk menghasilkan bitcoin.

Lalu, Arcane Research mengungkapkan bahwa penambang kripto bitcoin juga terpaksa menjual murah lebih dari 100% produksi mereka. Perusahaan penambang seperti Bitfarms, Riot Blockchain, dan Core Scientific misalnya, mengumumkan penjualan dan tidak lagi menahan produksi bitcoin harian.

"Turunnya profitabilitas pertambangan memaksa para penambang meningkatkan penjualan menjadi lebih dari 100%. Kondisi memburuk pada Juni, yang berarti mereka kemungkinan akan menjual lebih banyak lagi," kata analis Arcane Jaran Mellerud dikutip dari Reuters, bulan lalu (28/6).

Peneliti di MacroHive juga mencatat bahwa jumlah koin yang dikirim penambang ke bursa kripto terus meningkat sejak 7 Juni. Ini merupakan tanda bahwa penambang meningkatkan likuidasi koin mereka di bursa.

Berdasarkan data dari Bitinfocharts, profitabilitas penambangan yang dihitung berdasarkan ukuran dolar harian per terahash per detik telah mencapai posisi terendah sejak Oktober 2020.

Pendapatan bandar kripto itu turun seiring dengan harga sejumlah cryptocurrency yang juga anjlok. Harga bitcoin misalnya, turun 70% lebih dibandingkan level tertinggi sepanjang masa pada November 2021, yakni $68.000 per koin.

Penurunan itu menyebabkan nilai kapitalisasi bitcoin menguap dari sebelumnya pernah mencapai US$ 900 miliar di posisi tertingginya. 

Namun kini harga bitcoin kembali melonjak. Harganya naik 5% menjadi US$ 20.212 per koin per Pukul 14.36 WIB, menurut data Coindesk.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan