Pada kahir pekan ke-3 Agustus 2022, market kripto masih terus tertunduk lesu. Pergerakan harga 10 kripto berkapitalisasi besar atau big cap secara keseluruhan kompak nyaman di zona merah sepanjang pekan ini.
Melansir CoinMarketCap pada Sabtu (20/8) pukul 02.00 WIB, nilai Bitcoin bertengger di zona merah dengan harga US$ 21.376,95 atau turun 8,42% dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan, Bitcoin tercatat ambles 11,49%.
Mata uang kripto lainnya juga tidak lebih baik. Etherum misalnya, yang merupakan cryptocurrency peringkat dua, diperdagangkan seharga US$ 1.691,67, atau turun 9,45% dibandingkan hari sebelumnya, dan turun 11,67% selama sepekan.
Pun demikian dengan mata uang kripto lainya, seperti Cardano (ADA), Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE), juga anjlok lebih dari 8%. Solana tercatat turun 9,17% dibandingkan sehari sebelumnya, dan 15,45% selama sepekan.
Kemudian, Cardano tercatat turun 12,31% dibandingkan sehari sebelumnya, dan 13,5% selama sepekan. Sementara, Dodgecoin turun 11,58% secara harian, dan 3,63% selama sepekan.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, market kripto masih belum bisa bangkit dari keterpurukan. Saat ini, banyak investor yang terlihat sangsi melakukan akumulasi kripto lantaran sentimen makroekonomi sedang tidak baik-baik saja.
Salah satu faktor yang menghambat, adalah saat bank sentral Amerika Serikat (AS), yakni The Federal Reserve atau The Fed menerbitkan risalah rapat komite pasar terbuka (Federal Open Market Committee/FOMC) Juli pada Kamis (18/8) lalu. Risalah tersebut menegaskan, bahwa The Fed akan terus mengetatkan kebijakan suku bunga acuannya hingga inflasi benar-benar terkendali.
"Risalah itu membuat investor bingung dengan sikap The Fed. Padahal, sebelumnya The Fed memberi sinyal kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter selepas September. Kalau tidak benar terjadi dan ada pengetatan kebijakan moneter, ini ditakutkan menghambat likuiditas di pasar aset berisiko, termasuk kripto," kata Afid dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (20/8).
Di sisi lain, kabar mengenai tingkat inflasi Inggris yang mencapai 10,1% pada Juli 2022 juga sedikit banyak menekan laju market kripto. Perlu diketahui angka inflasi di Inggris itu, merupakan Tertinggi dalam 40 Tahun terakhir.
Kemudian, adanya penguatan nilai indeks dolar AS juga menekan performa aset kripto. Nilai indeks Dolar AS pada Jumat (19/8) pagi, sempat menyentuh level 107,6 alias meningkat dari periode sama sehari sebelumnya 106,5.
Afid menjelaskan, karena berbagai faktor ini, investor yang memegang kripto sebagian besar menjualnya asetnya karena berisiko, seperti saham. Investor lebih memilih memegang dolar AS, karena nilainya sedang menguat.
Secara teknikal, pergerakan kembali berada di bawah day-20 exponential moving average (EMA), dan ada kemungkinan meneruskan laju penurunannya. Level support Bitcoin terdekat kini berada pada harga US$ 22.370, jika titik tersebut tertembus bisa menarik harga ke level US$ 20.701. Sementara, target rebound Bitcoin berada di level resistance, yakni di level US$ 23.362.
Sementara, Ethereum juga menunjukkan tren penurunan dalam lima hari terakhir. Meski demikian, sejak 19 Juni lalu, nilainya sudah naik 109% dari US$ 880,93 ke US$ 1.818. Kenaikan ini diduga merupakan respons dari antisipasi pasar terhadap The Merge, yaitu transisi jaringan Ethereum ke proof-of-stake dari proof-of-work.
"Tapi, saat ini Etherum sedang menguji pertahanan harganya di level support US$ 1.783. Apabila terjadi breakdown, kemungkinan akan turun lebih dalam mencapai level US$ 1.663. Sementara, resistance Etherum ada di level US$ 1.915," ujar Afid.