Bersaing Ketat, Grab dan Gojek Rilis Menu Eksklusif dan Cloud Kitchen

ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Ilustrasi ojek online Gojek dan Grab. Persaingan kedua decacorn ini terkait layanan pesan-antar makanan semakin ketat.
Penulis: Desy Setyowati
7/11/2019, 13.31 WIB

Demi pun menyebutkan, nilai transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) GrabFood secara keseluruhan memang tumbuh tiga kali lipat. Namun di beberapa kota seperti Medan, Surabaya dan Bandung pertumbuhannya mencapai empat kali. Ia berharap layanan baru ini meningkatkan GMV.

Head of Marketing GrabFood and New Businesses Grab Indonesia Ichmeralda Rachman menambahkan, fitur ini memiliki potensi yang besar untuk menumbuhkan kinerja layanan pesan-antar makanan perusahaan. Apalagi, ia mengklaim bahwa perusahaan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI) untuk menguji tren makanan yang tengah diminati konsumen.

Grab juga memiliki layanan cloud kitchen yang disebut GrabKitchen. Decacorn asal Singapura ini telah memiliki 20 GrabKitchen dan ditarget mencapai 50 pada akhir tahun ini.

Perusahaan penyedia layanan on-demand ini menanggapi positif persaingan dengan Gojek terkait cloud kitchen. “Karena kami yakin kompetisi itu sehat (bagi industri) dan yang kami lakukan intinya yakni kembali lagi untuk mengembangkan Indonesia," kata Head of Marketing GrabFood and New Businesses Grab Indonesia Ichmeralda Rachman, beberapa waktu lalu (30/10).

(Baca: Potensinya Besar, Gojek dan Grab Akan Bersaing di Bisnis Cloud Kitchen)

Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 memperkirakan, GMV sektor berbagi tumpangan (ride hailing) di Indonesia mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 83,8 triliun tahun ini. Salah satu penopangnya adalah pesan-antar makanan.

Gojek dan Grab mengatakan bakal fokus menggarap pesan-antar makanan. “Pasarnya di Indonesia 13 kali lipat. Jadi, food delivery peluangnya besar sekali,” kata Managing Director Google Indonesia Randy Mandrawan Jusuf beberapa waktu lalu (7/10).

Google, Temasek dan Bain memperkirakan, GMV sektor berbagi tumpangan di Tanah Air mencapai US$ 18 miliar pada 2025 atau tumbuh 34% dibanding 2015. “Sektor ini tumbuh enam kali lipat dalam empat tahun terakhir,” kata dia.

Di Asia Tenggara, transaksi di sektor berbagi tumpangan diproyeksi mencapai US$ 12,7 miliar tahun ini. Rinciannya, US$ 5,2 miliar berasal dari pesan-antar makanan dan US$ 7,5 miliar dari transportasi.

Tahun ini, transaksi pesan-antar makanan lebih kecil ketimbang transportasi. Namun, Google, Temasek dan Bain memperkirakan porsi pesan-antar makanan dan transportasi menjadi 50:50 dari total transaksi US$ 40 miliar pada 2025.

(Baca: Google: Potensi Pasar yang Diperebutkan Gojek dan Grab Rp 83,8 Triliun)

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati