Singapura membuka kesempatan bagi perusahaan teknologi dan non-perbankan untuk mendirikan bank digital di negara tersebut. Otoritas Moneter Singapura atau The Monetary Authority of Singapore (MAS) rencana menerbitkan lima lisensi bank digital yang akan diperebutkan hingga akhir tahun, salah satunya perusahaan ride hailing Grab.
Lima lisensi bank digital ini terdiri dari dua lisensi bank digital penuh dan tiga lisensi bank digital grosir untuk melayani usaha kecil menengah (UKM) dan segmen non-ritel lainnya.
Grab yang memiliki bisnis keuangan yang cukup besar di wilayah Asia Tenggara yang mencakup layanan pembayaran digital dan dompet elektronik (e-wallet), mengatakan tengah mempelajari kerangka kerja yang baru dirilis dari MAS dengan cermat.
"Kami percaya digibank akan membuat layanan perbankan dan keuangan dapat diakses dan lebih nyaman bagi lebih banyak orang di Singapura," kata juru bicara Grab kepada CNBC Internasional melalui email, Senin (2/9). "Kami akan tertarik untuk mengajukan lisensi setelah kami mengevaluasi kerangka kerja," ujarnya.
(Baca: Saingi Gojek, Grab Investasi Rp 7,2 triliun di Vietnam Selama 5 Tahun)
Pendaftar harus memenuhi sejumlah kriteria kelayakan, termasuk menunjukkan bahwa mereka dapat mengelola bisnis perbankan digital berkelanjutan dan menunjukkan pengalamannya dalam sektor teknologi atau e-commerce.
"Selain itu, pemohon bank digital juga harus beroperasi di Singapura, dikendalikan oleh orang Singapura, dan berkantor pusat di Singapura,” kata perwakilan MAS seperti dikutip dari CNBC International, Minggu (1/9). Sedangkan, untuk perbankan digital wholesale dapat dikendalikan oleh orang Singapura atau entitas asing.
Sektor perbankan Singapura selama ini didominasi oleh tiga bank lokal besar yakni DBS Group, Oversea-Chinese Banking Corp, dan United Overseas Bank. Sejumlah bank internasional dengan operasi yang relatif lebih kecil juga merupakan pemain kunci.
(Baca: Tarif Baru Ojek Online Berlaku Nasional, Ini Tanggapan Gojek dan Grab)
Kemajuan teknologi di negara-kota telah menyebabkan kehadiran berbagai teknologi keuangan, atau perusahaan fintech, yang menyediakan pembayaran digital, transfer uang online, dan layanan pengiriman uang.
Keputusan MAS untuk menerbitkan lisensi-lisensi itu muncul setelah Otoritas Moneter Hong Kong memberikan delapan lisensi perbankan virtual tahun. Lisensi virtual didominasi oleh pemberi pinjaman besar seperti HSBC, Standard Chartered, dan berbagai bank Tiongkok.
“Adopsi perbankan digital akan mempercepat dan mencapai tingkat skala baru di Asia Pasifik. Perintis seperti WeBank dan Kakao telah meramalkan apa yang ada di jalan, tetapi ini baru permulaan, ” ujar analis Forrester dalam laporan berjudul 'The Pulse of Financial Services Customers In Asia Pacific' yang dirilis bulan lalu.
Perusahaan layanan informasi pemasaran J.D. Power menjelaskan, entitas terpilih yang pada akhirnya menerima lisensi bank digital di Singapura akan diperiksa secara menyeluruh oleh standar ketat otoritas moneter, yang akan membuatnya lebih dapat diandalkan. "Saya pikir itu 'win-win' untuk pelanggan sekarang," ujar Regional Practice Leader for Global Business Intelligence J.D. Power Anthony Chiam.
(Baca: Gojek dan Grab Minta Taksi Online Tak Kena Perluasan Ganjil Genap)