Gojek ‘Dihina’ di Malaysia, 10 Ribu Ojek Online Demo Akhir Pekan Ini

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Ilustrasi, sejumlah pengemudi ojek berdemo di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (27/3/2018). Sekitar 10 ribu pengemudi ojek online berencana demo di Kedubes Malaysia akhir pekan ini.
Penulis: Desy Setyowati
28/8/2019, 11.41 WIB

Sekitar 10 ribu pengemudi ojek online berencana unjuk rasa di Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia pada Jumat, (30/8). Mereka menuntut Pendiri Big Blue Taxi Services Shamsubahrin Ismail meminta maaf, karena menyebut Gojek diperuntukkan bagi negara yang tingkat kemiskinannya tinggi seperti Indonesia.

Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono mengatakan, aksi unjuk rasa itu rencananya dilakukan pada pukul 14.00 WIB, akhir pekan ini. “Estimasi 10 ribu ojek online yang ikut kepung Kedubes Malaysia,” kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (27/8).

Aksi tersebut menuntut dua hal. Pertama, Duta Besar Malaysia di Jakarta dinilai turut bertanggung jawab untuk memberikan klarifikasi atas pernyataan Shamsubahrin Ismail.

Garda berharap agar Dubes Malaysia mendorong Shamsubahrin meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, atas pernyataannya itu. Kedua, mereka meminta agar warga negara Malaysia itu menyatakan permintaan maafnya secara terbuka melalui siaran langsung.

(Baca: Gojek Dinilai Rendah di Malaysia, Ribuan Pengemudi Akan Demonstrasi)

Sejauh ini, baru pengemudi ojek online yang menyatakan akan berunjuk rasa di Kedubes Malaysia. “Sementara belum (ada konfirmasi dari asosiasi taksi online). Kami masih konsolidasi dengan pengemudi ojek online se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek),” katanya.

Adapun Shamsubahrin menyatakan bahwa dirinya tidak setuju Gojek hadir di Malaysia. "Gojek sebagai perusahaan transportasi tidak akan menjamin masa depan yang menjanjikan, anak muda Malaysia pantas mendapatkan yang lebih baik dari itu," katanya dikutip dari Free Malaysia Today, beberapa waktu lalu (21/8).

Bahkan, menurutnya budaya Indonesia dan Malaysia berbeda. Di Indonesia, menurutnya perempuan dapat memeluk pengendara yang kebanyakan adalah laki-laki. “Gojek bisa diterapkan di Indonesia karena tingkat kemiskinannya sangat tinggi, tidak seperti di Malaysia,” kata Shamsubahrin.

Dia menegaskan bahwa dirinya siap mengajukan protes jika pemerintah tetap mengizinkan Gojek hadir di Malaysia. “Ini akan menjadi kesalahan besar jika kabinet setuju. Ini bukan ancaman, tetapi jangan berpikir bahwa popularitas PH (partai pakatan harapan) akan meningkat atau dapat memenangkan pemilihan umum berikutnya,” katanya. 

(Baca: Heboh Gojek di Malaysia: Soal Syariat Islam, Pesaing Lokal, Gaya Duduk)

Reporter: Desy Setyowati