Tingginya kebutuhan pembiayaan Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) menjadi pasar potensial bagi financial technology (fintech). Salah satu fintech peer to peer (P2P) lending yang menyasar segmen ini adalah PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran).
Chief Marketing Officer (CMO) Akseleran Andri Madian menyampaikan, perusahaan sudah menyalurkan Rp 68 miliar kepada lebih dari 160 pemimjam hingga Juni 2018. "Kami khususkan diri pada usaha menengah (UKM), karena yang mikro sudah banyak yang menggarap," ujarnya kepada Katadata di sela-sela acara Fintech Fair 2018, Jumat (13/7) lalu.
Ia mencatat, jenis usaha yang paling banyak meminjam berasal dari sektor energi, ekonomi kreatif, dan retail. Rata-rata pinjaman sebanyak Rp 400-Rp 500 juta selama empat hingga enam bulan, yang digunakan untuk modal kerja. "Misalnya, sudah ada invoice tapi (klien mereka) baru bayar dua sampai tiga bulan lagi. Mereka pinjam dulu ke kami," ujarnya.
Sejauh ini, kredit bermasalah (Non Peforming Loan/NPL) dengan keterlambatan membayar lebih dari tiga bulan masih 0%. Namun, NPL kurang dari tiga bulan sudah sebesar 0,9%. Menurut Andri, biasanya keterlambatan ini terjadi lantaran klien dari si peminjam juga terlambat membayar.
Ia menjelaskan, untuk bisa mendapat pinjaman dari Akseleran memang harus menyertakan agunan berupa invoice, peralatan usah, mesin, tanah, bangunan, hingga barang yang diperdagangkan. Peminjam bisa mengajukan sendiri jenis jaminannya. Bila, mendekati 90 hari peminjam belum juga membayar maka perusahaan bakal mengeksekusi agunan tersebut.
(Baca juga: Kerugian Perbankan Akibat Serangan Siber Capai Ratusan Juta Dolar)
Lalu, keterlambatan pembayaran hingga lebih dari 90 hari dan peminjam sulit dihubungi ataupun agunan tidak bisa dieksekusi maka Akseleran bakal menggandeng pihak ketiga untuk penagihan. "Kami juga ada perjanjian fidusia. Kalau peminjam tidak bisa membayar atau mempermainkan isi agunan, misalnya, menggunakan uang untuk keperluan lain bisa kami pidanakan," ujarnya.
Adapun agunan bakal menentukan besaran pinjaman yang diterima oleh debitor. Agunan bernilai tertinggi adalah invoice, maka pinjaman yang diberikan 80% dari yang diajukan. Sementara yang terendah adalah produk yang diperdagangkan seperti pakaian, sehingga hanya 50% pinjaman yang disetujui. Alasannya, karena pakaian biasanya lebih sulit dijual ketika tidak lagi menjadi tren.
Perkembangan Jumlah Fintech Startup Lokal 2016
Hingga akhir tahun ini, Akseleran menargetkan bisa menyalurkan pinjaman hingga Rp 200 miliar dengan jumlah orang yang meminjamkan atau lender sebanyak 45 ribu. Saat ini, jumlah peminjam hanya 16 ribu. Supaya target tersebut bisa tercapai, Akseleran bakal merilis aplikasi agar peminjam lebih mudah berinvestasi. "Akhir bulan ini selesai," kata dia.
Aplikasi ini bakal tersedia di iOS dan Android. Ia berharap, aplikasi menjadi saluran utama bagi pengguna untuk mengakses layanan akseleran. Di dalamnya, Akseleran mengembangkan dua fitur yaitu investasi otomatis dan simulasi.
Melalui fitur investasi otomatis, pengguna bisa mengatur sendiri jenis investasi yang diinginkan maka sistem akan menyesuaikannya. Dengan begitu, investor tak perlu lagi mencari dan mengkaji investasi.
(Baca juga: Penagihan RupiahPlus Bermasalah, Bagaimana Fintech Cegah Kredit Macet?)
Lalu, fitur simulasi akan memudahkan investor menghitung keuntungan yang bisa diperoleh. Dari sisi bunga, Akseleran menawarkan bunga efektif 11,75-30% per tahun. Akseleran bakal mengenakan biaya 0-1% dari setiap pembayaran yang investor terima baik pokok, bunga, ataupun denda.
Bagi peminjam, bisa memilih frekuensi pembayaran cicilan pokok baik bulanan, tiga bulanan, tahunan, maupun pembayaran jumlah penuh di akhir periode pinjaman. Akseleran juga memungut biaya 1-3% dari total pinjaman yang dicairkan, serta biaya notaris dan dokumentasi hukum. Namun, biaya ini tidak akan dipungut jika pengajuan pinjaman tidak berhasil.
Adapun, Akseleran berdiri pada Maret 2017. Saat itu, produk investasi yang dijual adalah equity crowdfunding atau pembiayaan bagi UKM menggunakan saham. Namun, karena pasarnya tidak terlalu besar, Akseleran mengubah bisnisnya menjadi fintech P2P lending pada Oktober 2017.
Kini, setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menyusun Rancangan Peraturan OJK (POJK) terkait equity crowdfunding, Akseleran membuka kemungkinan untuk menerbitkan produk itu lagi. "Sistem kami sudah siap. Tapi dari sisi legal, kami harus kaji lagi. Kami dukung OJK buat aturan ini sehingga peluang ke sana (equity crowdfunding) terbuka," kata Andri.
Pada 6 Juli 2018 lalu, Akseleran mengumumkan bahwa mereka mendapat pendanaan Pra Seri A sebesar US$ 1,85 juta atau sekitar Rp 26 miliar. Investasi tersebut didapat dari beberapa investor, seperti induk usahanya PT. Bintraco Dharma Tbk, sebuah perusahaan keluarga yang berbasis di New York, (Amerika Serikat/AS) dan beberapa angel investor.
Dana tersebut dipakai untuk mengembangkan teknologi. Melakukan metode promosi baru, seperti dengan pembuatan kode referral dan pemasangan iklan di billboard. Juga untuk menambah karyawan yang bertugas mencari lender dan borrower baru di DIYogyakarta, Solo, Surabaya, dan Semarang.
Di awal tahun ini, Akseleran juga bekerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta terkait One Kecamatan One Centre for Entrepreneurship (OK OCE). Dalam hal ini, Akseleran memberikan pinjaman usaha untuk UKM yang tergabung dalam Perkumpulan Gerakan OK OCE.