Rudiantara: Dampak Disrupsi Teknologi Indonesia Tak Seakut Eropa

Katadata | Arief Kamaludin
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
25/5/2018, 15.00 WIB

Kendati demikian, ia meminta masyarakat juga mempersiapkan diri menghadapi era revolusi industri 4.0. Caranya, mempelajari dan memaksimalkan manfaat dari industri-industri baru yang muncul akibat disrupsi teknologi. Misalnya, berjualan di e-commerce. Bisa juga mempelajari pemasaran digital atau coding supaya bisa bekerja di perusahaan berbasis teknologi.

"Masyarakat harus mampu mengikuti perkembangan dan menguasai teknologi. Teknologi harus menjadi budak kita, bukan kita yang menjadi budaknya," kata Rudiantara.

(Baca juga: Begini Proses Revolusi Industri 4.0 Diterapkan Perusahaan Skala Besar)

Selain dampak teknologi terhadap pekerjaan, ia menyampaikan perihal pentingnya kewaspadaan akan informasi yang beredar di dunia maya. Apalagi, berita palsu (hoax) dan ujaran kebencian kian berkembang di Tanah Air. "Saat ini, menindak kejahatan di media sosial yang paling konkret yaitu dengan peningkatan literasi. Peran Muhammadiyah di daerah-daerah sangat dibutuhkan," ujar dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, relasi melalui digital mulai mengurangi empati dan rasa dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, menurutnya itu terjadi karena manusianya yang tak cakap mengelola dan memanfaatkan teknologi informasi.

Oleh karenanya, ia mengimbau warga Muhammadiyah menyampaikan dakwah yang positif. "Aspek penyiapan mental manusia inilah yang perlu dibenahi, sehingga tidak tergantung dan terserap oleh teknologi," kata dia.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati