Nielsen: Pembaca Media Digital Sudah Lampaui Media Cetak

Arief Kamaludin | KATADATA
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
7/12/2017, 12.32 WIB

Artinya, media harus mulai mempertimbangkan digitalisasi untuk menarik generasi z (10-19 tahun). "Mereka adalah konsumen penting di masa depan," kata Helen.

Apalagi, Nielsen juga menemukkan bahwa 36% pembaca media cetak adalah pemimpin perusahaan atau birokrat mapan. Dengan jumlah pengeluaran yang lebih tinggi daripada masyarakat biasa, mereka punya tendensi untuk beralih ke media digital. "Pembaca media cetak adalah orang-orang yang sudah biasa dengan internet," kata Hellen lagi.

(Baca juga: Gelontorkan Rp 1,2 Triliun, Meikarta Jadi Pengiklan Terbesar Tahun Ini)

Tak hanya jumlah pembaca, pengeluaran iklan untuk media cetak pun berkurang. Pada Januari-September 2017, jumlah belanja iklan media cetak Rp 21,8 triliun, berkurang 13% dibanding periode yang sama pada 2013 yakni Rp 25 triliun.

Selain itu, produsen media cetak juga berkurang sebesar 23%. Nielsen mencatat ada 268 media cetak pada 2013, namun merosot tajam menjadi hanya 192 media pada 2017.

Namun, angka itu dipengaruhi oleh penurunan jumlah produsen tabloid dan majalah yang berkurang sebanyak 92 unit, hanya 2 produk koran yang menyatakan gulung tikar.

Lalu apakah ini berarti media cetak telah benar-benar memasuki senja kala di Indonesia? Nielsen menemukan media cetak masih lebih populer dibandingkan media digital di luar Pulau Jawa.

Masyarakat di Medan, Makassar, Palembang masih memilih cetak ketimbang digital. Kemungkinannya, mereka lebih tertarik mengakses berita lokal. "Mungkin juga karena akses internet masih terbatas," ujar Hellen.

Peluang bisnis bagi media cetak tampaknya juga cukup baik karena 2018 merupakan tahun politik sehingga kemungkinan organisasi politik untuk beriklan di media cetak pun semakin tinggi. Selain itu, 56% pembaca media cetak memilih koran dibanding media digital karena tingkat kepercayaannya tinggi.

Halaman: