Bos Twitter Sumbang Rp 42,4 Miliar untuk Organisasi Anti-Rasis

YouTube
Ilustrasi Twitter
5/6/2020, 10.50 WIB

Beberapa petinggi perusahaan teknologi seperti Facebook dan Google memberikan donasi untuk melawan anti-rasisme, terkait kematian warga kulit hitam, George Floyd di Amerika Serikat (AS). Kini, giliran CEO Twitter Jack Dorsey menyumbang US$ 3 juta atau sekitar Rp 42,4 miliar kepada Know Your Rights Camp, organisasi anti-rasisme yang dikelola oleh Colin Kaepernick.

"Dana US$ 3 juta untuk @yourrightscamp Colin @Kaepernick7 ini untuk memajukan pembebasan dan kesejahteraan komunitas Black and Brown, melalui pendidikan, pemberdayaan diri, dan mobilisasi massa," kata Jack Dorsey melalui akun Twitter-nya dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (4/6). 

Kaepernick merupakan atlet di National Football League (NFL) untuk klub San Francisco 49ers. Ia menjadi viral, ketika berlutut saat lagu kebangsaan dikumandangkan sebelum pertandingan. Ia berlutut sebagai protes atas kematian George Floyd, yang ditangkap polisi kulit putih di Minneapolis.  

Banyak kalangan dari NFL maupun konservatif yang mengkritik tindakan Kaepernick. Mereka menilai, Kaepernick tidak menghormati tentara.

Di satu sisi, organisasi Kapernick memang banyak mendidik kaum muda tentang hak-hak mereka. (Baca: Facebook, Intel, hingga YouTube Donasi Rp 283 M untuk Lawan Rasisme)

Sedangkan Twitter, sejak awal mendukung aksi protes terkait kematian Floyd. Twitter bahkan menambahkan Black Lives Matter pada bio akun resminya.

"Minggu ini sekali lagi membawa perhatian pada sesuatu yang mungkin lebih luas: rasisme yang sudah lama ada dan ketidakadilan yang dihadapi oleh orang-orang kulit hitam dan coklat setiap hari," demikian dikutip dari Akun Twitter Together. 

Twitter juga sempat menyembunyikan cuitanTrump yang berbunyi, ‘Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai’. Perusahaan pun memberikan label glorifikasi kekerasan atas unggahan tersebut.

Kini, CEO Twitter mengambil tindakan baru dengan memberikan donasi kepada organisasi anti-rasisme. Sebelumnya, CEO Google Sundar Pichai mengatakan bahwa perusahaannya akan menyediakan dana US$ 12 juta untuk organisasi yang berfokus mengatasi ketidaksetaraan rasial.

Donasi lainnya mengalir dari beberapa perusahaan teknologi global. CEO Facebook Mark Zuckerberg misalnya, mengumumkan donasi US$ 10 juta. "Ini untuk kelompok-kelompok yang bekerja pada keadilan rasial," ujar Zuckerberg dikutip dari CNBC International

Mark mengatakan, penasihat dan karyawannya membantu untuk menemukan organisasi yang paling tepat untuk menyalurkan donasi tersebut. (Baca: Andalan Trump Redam Kerusuhan di AS, Apa itu Pasukan Garda Nasional?)

Sedangkan CEO Cisco Chuck Robbins mengumumkan donasi US$ 5 juta atau sekitar Rp 70,8 miliar kepada organisasi Equal Justice Initiative dan Black Lives Matter. "Ini dana kami sendiri untuk memerangi rasisme dan diskriminasi. Ini baru permulaan," ujar Chuck.

Total, Facebook, Cisco, hingga YouTube mengumpulkan donasi lebih dari US$ 20 juta atau sekitar Rp 283, 5 miliar untuk melawan anti-rasisme. Selain itu, YouTube, Uber, dan Intel akan menyumbangkan US$ 1 juta atau sekitar Rp 14 miliar untuk Center for Policing Equity, Equal Justice Initiative, dan organisasi serta komunitas nirlaba sejenisnya.

Airbnb pun menyumbangkan donasi US$ 500 ribu ke sejumlah organisasi serupa. Sedangkan CEO Apple Tim Cook tengah menggalang dana sumbangan dari karyawannya pada bulan ini untuk melawan kasus rasisme.

(Baca: Kematian George Floyd & Data Pembunuhan Kulit Hitam oleh Polisi di AS)

Perusahaan ventura Sequoia Capital mengumumkan bahwa para mitranya akan menyumbang US$ 2 untuk setiap dolar yang disumbangkan oleh karyawan. Ada juga Mamoon Hamid dari Kleiner Perkins yang mengumumkan sumbangan US$ 100 ribu dan dana pendamping dengan jumlah yang sama untuk perlawanan terhadap rasisme.

Sebelumnya, Spotify, Apple Music, Amazon Music, dan YouTube Music bersatu untuk mendukung Blackout Tuesday. Kampanye ini bertujuan untuk memprotes kekerasan polisi dan rasisme serta menghormati George Floyd yang meninggal di tangan polisi. Kematiannya memicu protes dan demonstrasi di kota-kota AS dan gerakan Black Lives Matter di seluruh dunia.

(Baca: Dituduh Dalang Kerusuhan dan Dicap Teroris oleh Trump, Apa itu Antifa?)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan