Pemerintah Singapura memberikan persetujuan akhir kepada dua perusahaan telekomunikasi lokal, untuk membangun jaringan internet generasi kelima alias 5G. Namun, keduanya memilih Nokia dan Ericsson sebagai vendor utama, ketimbang Huawei.
Singapore Telecommunications (Singtel) mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan Ericsson Swedia. Sedangkan perusahaan patungan milik Starhub dan M1 memilih Nokia dari Finlandia sebagai mitra untuk membangun jaringan 5G.
Kedua perusahaan akan membangun jaringan 5G masing-masing. Infrastruktur digital ini ditarget selesai pada awal 2021.
Pada Oktober lalu, Otoritas Pengembangan Media Infocomm (Infocomm Media Development Authority/IMDA) menjabarkan persyaratan untuk pengembangan 5G yakni dari sisi kinerja, keamanan, dan ketahanan. Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S Iswaran mengatakan, pemerintah tak mencegah Huawei untuk berpartisipasi.
(Baca: Khawatir Ribut dengan Trump, Inggris Kaji Blokir Layanan 5G Huawei)
Ia mengaku, ada banyak perusahaan telekomunikasi Singapura yang ingin bekerja sama dengan korporasi Tiongkok, seperti Huawei maupun ZTE. “Jika Anda melihatnya murni berdasarkan hasilnya, sangat jelas,” kata Iswaran dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (25/6).
Ada tiga hal yang ia tekankan. Pertama, Singapura tidak secara khusus mengecualikan vendor. Kedua, prosesnya sangat ketat dan kompetitif. Terakhir, hasilnya merupakan ekosistem di mana ada beragam pemain.
"Saat kami melihat ke depan, ekosistem 5G akan terus berkembang dan ada lebih banyak peluang bagi berbagai pemain teknologi untuk berpartisipasi,” kata Iswaran.
IMDA pun mengatakan bahwa TPG Telecom, yang kehilangan tawaran untuk membangun salah satu jaringan mandiri, spektrumnya akan dialokasikan untuk 5G lokal. Huawei merupakan pemasok untuk TPG.
(Baca: Imbas Corona dan Sanksi AS, Pendapatan Huawei Kuartal I Tumbuh Tipis)
Starhub misalnya, memilih Nokia sebagai vendor utama. Namun, perusahaan juga sedang mengeksplorasi elemen jaringan lain. Dengan begitu, vendor seperti Huawei dan ZTE bisa masuk. Begitu juga dengan M1 yang mengatakan akan bekerja dengan banyak vendor, termasuk Huawei.
Di Eropa, pemerintah Inggris mempertimbangkan untuk membatasi layanan 5G milik Huawei. Salah satu penyebabnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memutus hubungan kerja sama intelijen dengan negara yang memakai jasa perusahaan asal Tiongkok itu.
National Security Centre (NCSC) Inggris mengkaji dampak sanksi AS terhadap layanan Huawei. Padahal, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson setuju menggunakan teknologi Huawei pada Januari lalu.
Kini, ia menawarkan cara untuk meredakan ketegangan dengan AS. “Terus menggunakan (teknologi) Huawei akan memiliki dampak dramatis pada kemampuan kami untuk berbagi informasi (terkait keamanan),” katanya dikutip dari BBC, kemarin (25/5).
South China Morning Post pun melaporkan, dua operator seluler utama Kanada yakni BCE dan Telus Corp akan membangun jaringan 5G dengan peralatan dari penyedia Eropa. Ini guna menghindari perangkat dari Huawei.
(Baca: Meski Disanksi AS, Huawei Raup Pendapatan Rp 1.710 Triliun pada 2019)